dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menentukan pusat-pusat pelayanan Kotamadya Medan dengan satuan unit wilayah adalah kecamatan. Untuk mencapai tujuan tersebut, telah dilakukan survey pada setiap kecamatan yang termasuk wilayah administratip Kotamadya Medan pada tahun 1997 - 1998. Analisis dilakukan terhadap 3 parameter, yaitu jumlah penduduk, sentralitas fasilitas, dan aksesi bilitas jarak. Untuk mendukung analisis digunakan metode Skalogram Guttman dan Hansen Gravity Model. Hasil penelitian berdasarkan total nilai indeks dari seluruh parameter yaitu jumlah penduduk, sentralitas dan aksesibilitas menunjukkan bahwa pusat pelayanan Kotamadya Medan adalah Kecamatan Medan Kota, diikuti Medan Timur dan Medan Area dengan total nilai indeks setiap kecamatan tersebut sebesar 2.761,57; 2.385,73 dan 2.357,80. Berdasarkan hirarki Christaller, wilayah Kotamadya Medan, dapat dibagi atas 1 pusat pelayanan, 6 sub pusat pelayanan dan 21 sub-sub pusat pelayanan (pusat lingkungan). Pusat pelayanan Kotamadya Medan adalah Medan Kota terdiri dari sub pusat pelayanan Medan Timur, sub pusat Medan Area, sub pusat Medan Belawan, sub pusat Medan Johor; sub pusat Medan Tuntungan dan sub pusat Medan Sunggal. Pengukuran secara global tersebut dapat diperinci menurut setiap paramater yaitu jumlah penduduk, sentralitas fasilitas, dan aksesibilitas. Hasil penelitian menunjukkan Kecamatan Medan Kota memiliki indeks tertinggi untuk parameter sentralitas dan aksesibilitas. Sejalan dengan upaya spesialisasi pemanfaatan ruang menurut Wilayah Pengembangan dan Pembangunan (WPP), perencanaan pembangunan untuk sektor tertentu tidak harus mempertimbangkan seluruh parameter, tetapi dapat berupa 1 atau 2 parameter di atas. Hasil pengukuran jumlah penduduk setiap kecamatan menunjukkan Medan Tembung memiliki jumlah penduduk terbesar, diikuti Medan Area, dan Medan Helvetia sebanyak 128.360 orang, 123.032, dan 120.741 orang. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit adalah Medan Baru sebanyak 53.791 orang. Potensi setiap kecamatan yang diukur dengan indeks sentralitas Marshall memperlihatkan kecamatan Medan Kota dan Medan Timur memiliki jumlah unit fasilitas terbanyak dibanding seluruh kecamatan lain dengan indeks masing-masing kecamatan sebesar 1000 dan 502. Kecamatan yang memiliki jumlah unit fasilitas yang paling minim adalah Medan Marelan dengan indeks sentralitas sebesar 131. Nilai COR setiap kecamatan untuk seluruh wilayah kota Medan mencapai 92,84%. Nilai koefisien ini menunjukkan pembagian seluruh kecamatan menjadi 3 tingkat pelayanan dapat menggambarkan kondisi Kotamadya Medan secara menyeluruh.
Kecamatan yang memiliki indeks aksesibilitas tertinggi adalah Medan Kata, diikuti Medan Denai, dan Medan Sunggal dengan indeks sebesar 1.000, 986 dan 927, sedang Kecamatan Medan Belawan terendah dengan indeks 405. Hubungan jarak dengan aksesibilitas untuk Kotamadya Medan menunjukkan interaksi pusat-pusat kecamatan Medan akan semakin kecil dengan semakin jauh jarak pusat kecamatan terhadap suatu wilayah, dengan persamaan regressi; Y = 0,724 - 0,502 X. Untuk mengoptimalkan pemerataan pembangunan wilayah Kotamadya Medan perlu dilakukan pemekaran WPP B dengan memasukkan Kecamatan Medan Timur, Medan Barat, Medan Tembung, Medan Perjuangan dan Helvetia ke dalam wilayah WPP B. Selain pemekaran WPP, perlu dilakukan pemekaran kecamatan Medan Sunggal, Medan Selayang, Medan Tuntungan pada WPP E, serta pemekaran kecamatan Medan Johor pada WPP D. Untuk mendukung pengembangan pusat-pusat pelayanan dilakukan berbagai tindakan, seperti : (a) peningkatan peranan dan fungsi pelayanan kecamatan dalam mendukung peranan pusat pelayanan sebagai pusat perdagangan dan pemasaran, pusat agroindustri, lapangan kerja yang erat kaitannya dengan sektor informal seperti buruh, penyerap migrasi yang menuju kota utama, penyerap berbagai fungsi yang terkonsentrasi di kota utama, pusat pelayanan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, (b) peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan lain-lain. | en_US |