Metafungsi Bahasa Khotbah Minggu di Gereja HKBP Kota Medan dan Realisasinya dalam Revolusi Industri 4.0
View/ Open
Date
2021Author
Siahaan, Hiace Vega Fernando
Advisor(s)
Setia, Eddy
Saragih, Amrin
Hanafiah, Ridwan
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini mengkaji penggunaan metafungsi bahasa pada khotbah
Minggu di gereja HKBP kota Medan serta realisasinya dalam revolusi industri 4.0
dengan menggunakan teori Linguistik Sistemik Fungsional. Penelitian ini
bertujuan untuk (1) menemukan jenis metafungsi bahasa yang digunakan pada
khotbah Minggu di gereja HKBP kota Medan, (2) mendeskripsikan realisasi
penggunaan jenis metafungsi bahasa pada khotbah Minggu di gereja HKBP kota
Medan serta mendeskripsikan realisasi penggunaan jenis metafungsi bahasa pada
khotbah Minggu di gereja HKBP kota Medan dalam era revolusi industri 4.0
dibandingkan dengan realisasi dalam era saat ini, dan (3) mendeskripsikan
perubahan realisasi penggunaan jenis metafungsi bahasa pada khotbah Minggu itu
terjadi pada era revolusi industri 4.0.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Data pada penelitian ini adalah klausa yang terdapat pada khotbah
Minggu yang bersumber dari tujuh belas rekaman khotbah Minggu yang telah
ditranskripsikan dalam bentuk teks. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan
model analisis data interaktif.
Berdasarkan pada hasil penelitian, penelitian ini menunjukkan bahwa (1)
ketiga jenis metafungsi bahasa yaitu: fungsi ideasional, fungsi interpersonal dan
fungsi tekstual ternyata digunakan oleh para pendeta dalam penyampaian khotbah
Minggu di gereja HKBP kota Medan, (2) realisasi penggunaan ketiga jenis
metafungsi bahasa tersebut sebagai berikut: yang pertama, fungsi ideasional yang
terdiri atas fungsi eksperiensial dan fungsi logika. Berdasarkan pada analisis data,
ditemukan bahwa dari enam jenis proses dalam fungsi eksperiensial, ternyata
proses material lebih cenderung digunakan dengan persentase penggunaannya
36%. Sementara itu dari sepuluh jenis hubungan logika pada fungsi logika, hanya
sembilan jenis hubungan logika yang ditemukan yaitu: parataksis elaborasi,
parataksis ekstensi, parataksis enhansi, parataksis lokusi, hipotaksis elaborasi,
hipotaksis ekstensi, hipotaksis enhansi, hipotaksis lokusi dan hipotaksis ide
dengan persentase kemunculan yang berbeda-beda. Sementara itu, hubungan
logika yang tidak ditemukan adalah hubungan logika parataktis ide. Parataksis ide
tidak ditemukan dalam penelitian ini dikarenakan dalam bahasa Indonesia proses
mental tidak memproyeksikan secara langsung klausa terproyeksi seperti proses
mental dalam bahasa Inggris. Dari sembilan jenis hubungan logika tersebut,
parataksis ekstensi mendominasi penggunaannya dalam penyampaian khotbah
Minggu dengan persentasenya 29%. Yang kedua, realisasi fungsi interpersonal
ditemukan bahwa dominasi penggunaan modus yang digunakan dalam
penyampaian khotbah Minggu adalah modus indikatif deklaratif positif dengan
persentasenya 82%.
Sementara itu, untuk realisasi modalitas dalam penyampaian khotbah
Minggu, lebih dominan menggunakan modalitas modalisasi dengan persentase
65%. Yang ketiga, realisasi fungsi tekstual dalam pengembangan tema-rema ditemukan bahwa dari delapan pola pengembangan tema-rema hanya ada lima
pola pengembangan tema-rema yang ditemukan yaitu: a) Pola Tema ke Tema
dengan persentase 45%, b) Pola Rema ke Tema dengan persentase 32%, c) Pola
Rema ke Rema dengan persentase 13%, d) Pola Tema ke Rema dengan persentase
6%, dan e) Pola Sungsang Rema ke Tema dengan persentase 4%. Dengan
demikian, pola pengembangan tema-rema yang dominan digunakan adalah pola
pengembangan tema ke tema. Sementara itu realisasi penggunaan metafungsi
bahasa pada khotbah Minggu dalam era revolusi industri 4.0 dibandingkan dengan
realisasi saat ini tidak akan sama karena adanya perubahan konteks sosial yang
dalam hal ini konteks sosial revolusi industri 4.0, (3) alasan perubahan realisasi
penggunaan metafungsi bahasa tersebut dikarenakan media penyampaian khotbah
Minggu berbeda, yaitu penyampaian khotbah Minggu secara langsung di gereja
dan penyampaian khotbah Minggu secara digital. Selain itu, para pendeta juga
lebih selektif lagi dalam penyusunan bahasa dalam khotbah Minggu yang akan
disampaikan karena khotbah tersebut nantinya akan dapat didengarkan oleh
jemaat yang tidak hanya di dalam gereja namun semua orang dapat
mendengarkannya hanya dengan membuka aplikasi khotbah digital.