Analisis Penentuan Sektor Prioritas dalam Peningkatan Pembangunan Wilayah Pulau Samosir dengan Menggunakan Pendekatan Keterkaitan Antar Sektor
View/ Open
Date
1998Author
Simanjuntak, Robert
Advisor(s)
Tarigan, Kelin
Sinulingga, Sukaria
Tarmizi, Hasan Basri
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menentukan sektor prioritas dalam peningkatan pembangunan wilayah Pulau Samosir dengan menggunakan metode analisis keterkaitan antar sektor/tabel input-output. Analisis penentuan sektor prioritas didasarkan kepada kemampuan suatu sektor dalam (a) menarik dan mendorong perkembangan sektor lain pada wilayah yang sama, (b) meningkatkan pendapatan pekerja dan investor, serta ( c) kesempatan kerja penduduk Pulau Samosir. Untuk mencapai tujuan tersebut, telah dilakukan penelitian pada wilayah Pulau Samosir (Kabupaten Tapanuli Utara) yang terdiri dari 4 kecamatan, yaitu kecamatan Simanindo, Pangururan, Onan Runggu dan Palipi pada tahun 1997 - 1998. Hasil penelitian menunjukkan sektor yang akan diprioritaskan pembangunannya adalah pengembangan tanaman perkebunan yaitu kopi, kemiri dan cengkeh, sebab sektor tersebut memiliki kemampuan lebih tinggi untuk semua parameter pengembangan wilayah, dibanding rata-rata kemampuan sektor-sektor lain yang terdapat di Pulau Samosir. Pengukuran seluruh parameter penentu sektor prioritas, menunjukkan sektor perkebunan memiliki indeks keterkaitan ke depan 1,0388; keterkaitan ke belakang 1,2854; penggandaan pendapatan sektor 1,0015; penggandaan pendapatan pekerja 1,1248; produktivitas tenaga kerja 1,1115; dan penggandaan tenaga kerja 3.0450, sedang indeks rata-rata seluruh sektor untuk setiap parameter adalah 1 (satu).
Peningkatan pemintaan akhir terhadap produk sektor perkebunan sebesar Rp. 10.000, akan meningkatkan pendapatan pekerja dalam bentuk upah atau gaji sebesar Rp. 1.475, serta pendapatan bersih pengusaha sebesar Rp. 7.575. Selanjutnya untuk menghasilkan output sebesar Rp. 100 juta sektor perkebunan sekarang (saat penelitian) membutuhkan tenaga kerja sebanyak 71 orang, tetapi pengembangan volume produksi (output) perkebunan sebesar Rp 100 juta pada masa yang akan datang, mampu menciptakan lapangan kerja untuk 101 orang.