Etika Bushido dalam Novel “Samurai Jembatan Musim Gugur” Karya Takashi Matsuoka
Takashi Matsuoka No Sakuhin No “Aki No Hashi” To Iu Samurai No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku
View/ Open
Date
2017Author
Chairani, Sri Devi
Advisor(s)
Sihombing, Amin
Kusdiyana, Eman
Metadata
Show full item recordAbstract
Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang mencerminkan zaman tertentu. Novel merupakan salah satu karya sastra yang dapat merekam zaman dengan mendeskripsikan situasi yang terjadi pada saat itu. Salah satu karya sastra novel adalah novel terjemahan yang berjudul Samurai “Jembatan Musim Gugur” karya Takashi Matsuoka.
Novel Samurai “Jembatan Musim Gugur” ini adalah novel terjemahan dari novel Autumn Bridge yang ditulis oleh Takashi Matsuoka terbitan Delta Trade, New York tahun 2004. Terdiri dari 625 halaman dalam bahasa Indonesia. Novel ini merupakan sekuel novel samurai edisi pertama yang berjudul “Kastil Awan Burung Gereja” yang ditulis oleh Takashi Matsuoka.
Novel Samurai “Jembatan Musim Gugur” ini menceritakan kehidupan bangsawan Akaoka dari klan Okumichi yang bernama Genji. Klan tersebut memiliki samurai hebat yang menerapkan etika bushido dalam kehidupannya. Latar belakang novel ini adalah ketika akhir keshogunan Tokugawa dari tahun 1867 sampai tahun 1882. Dalam novel ini, klan Okumichi merupakan salah satu klan Tozama Daimyo yang bermusuhan dengan keshogunan dan setia kepada kaisar.
Genji mampu melihat masa depan, mengetahui bagaimana dan kapan kematiannya. Lady Emily, wanita asing penerjemah perkamen datang ke Jepang demi mengetahui sejarah Jepang terutama klan Okumichi. Hal itu yang membuatnya selalu berada dekat dengan Genji. Persahabatan dan kelemah lembutan Emily mampu meluluhkan hati Genji. Kyori, kakek Genji yang juga seorang samurai terkuat juga dapat melihat kehidupan cucunya di masa depan. Melihat kekuatan cinta dan ketulusan Genji, dapat mengubah pikiran dan hati para samurai agar menjadi terbuka dengan dunia luar. Menurut Kyori dan Genji yang bisa melihat masa depan, Jepang dipenuhi oleh ribuan manusia yang berkumpul seperti semut. Lalu, munculnya ular bertubuh listrik yang bergerak di sepanjang wilayah Jepang. Kondisi yang mereka gambarkan dalam penglihatannya persis seperti keadaan Jepang modern di masa sekarang. Genji juga selalu merasakan bahwa pasangan yang akan menikah dengannya nanti akan mati saat melahirkan.
Menurut Genji, bangsanya tidak dapat hidup dalam isolasi jika mereka ingin setara dengan bangsa asing di dunia. Sebagai seorang Daimyo, Genji mengambil pemikiran barat lalu memasukkan pemikiran tersebut ke semua samurai dan masyarakat pada masa itu. Tetapi, tidak mengurangi etika yang sudah dimilikii oleh bangsa Jepang. Etika yang dimaksud adalah etika bushido yang telah diyakini dan menjadi prinsip dalam kehidupan masyarakat Jepang.
Skripsi ini menggunakan novel Samurai “Jembatan Musim Gugur”. Dalam novel samurai ni terdapat banyak etika bushido pada tokoh samurai yang dapat dijadikan pengetahuan bagi pembacanya. Perwujudan etika bushido ini membuat penulis untuk membicarakan etika bushido dengan bahan yaitu novel Samurai “Jembatan Musim Gugur”.
Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif untuk mendeskripsikan hasil analisa secara rinci dan jelas. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah novel yang berjudul Samurai “Jembatan Musim Gugur” karya Takashi Matsuoka. Datanya berupa penggalan kalimat dan dialog mengenai etika bushido yang dimiliki oleh para samurai dalam novel tersebut. Kemudian, rumusan masalah dalam skripsi ini adalah apa saja etika bushido pada masa Tokugawa dan perwujudan etika bushido yang dideskripsikan oleh Takashi Matsuoka dalam novel Samurai “Jembatan Musim Gugur”.
Berdasarkan penulisan skripsi ini, samurai atau bushi adalah golongan masyarakat atas yang bertugas melindungi dan mengabdi kepada tuannya. Bushido merupakan campuran Buddha, Shinto, dan Konfusius yang diambil dari China. Bushido adalah semangat keprajuritan samurai yang tyerkait dengan kemampuan bertemur juga mencakup komitmen kesetiaan tanpa batas kepada tuan atau atasan, harga diri, pengabdian, keberanian, dan pengorbanan diri. Dalam bushido harus selalu memperhatikan kejujuran, keberanian, kemurahan hati, kesopanan, kebenaran, kehormatan, dan kesetiaan. Untuk itu, diperlukan pengendalian diri.
Collections
- Undergraduate Theses [525]