• Login
    View Item 
    •   USU-IR Home
    • Faculty of Cultural Sciences
    • Department of Japanese Literature
    • Undergraduate Theses
    • View Item
    •   USU-IR Home
    • Faculty of Cultural Sciences
    • Department of Japanese Literature
    • Undergraduate Theses
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    Kimono dan Fungsinya dalam Kehidupan Masyarakat Jepang Modern

    Nihon Shakai Ni Okeru Kimono To Sono Kinou

    View/Open
    Fulltext (2.506Mb)
    Date
    2018
    Author
    Angeli, Febrina
    Advisor(s)
    Nandi
    Hasibuan, Adriana
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Wafuku secara harfiah adalah istilah umum untuk semua jenis pakaian tradisional Jepang, termasuk Kimono. Sejarah Wafuku dimulai pada periode pra-sejarah yang dikenal sebagai periode Jomon. Wafuku, terutama Kimono, masih dipakai di Jepang baik oleh mereka yang memiliki minat terhadap pakaian tradisional Jepang, untuk kepentingan upacara keagamaan, ataupun keperluan pekerjaan. Istilah Wafuku mulai digunakan pada periode Meiji untuk membedakan pakaian tradisional Jepang dan pakaian bergaya Barat yang disebut Youfuku. Sebelumnya, pakaian tradisional masyarakat Jepang telah disebut dengan istilah “Kimono” atau “Kirumono”, yang berarti sesuatu yang dipakai atau pakaian. Pada periode Meiji, Kimono masih terus digunakan untuk menyebut pakaian tradisional Jepang, namun pengartian Kimono menjadi lebih sempit dan khusus menjadi Jubah yang berbentuk seperti huruf ‘T’ menyerupai mantel berlengan panjang dan berkerah. Panjang Kimono dibuat hingga menyentuh ke pergelangan kaki. Adapun beberapa jenis Wafuku selain Kimono antara lain; Hakama, Haori, Inverness/Tonbi, Happi, Jinbei, Samue, Hanten, Kappogi, Sokutai, Juunihitoe, Suikan, Tanzen, dan lain sebagainya. Sebelum mendapat pengaruh dari budaya Barat, masyarakat Jepang mengenakan pakaian yang disebut Kimono, yang merupakan sebutan untuk pakaian tradisional negara Jepang. Namun setelah munculnya westernisasi, orang Jepang menyebut pakaian tradisional Jepang dengan sebutan Wafuku, sementara untuk pakaian bergaya Barat mereka menyebutnya dengan Youfuku. Masuknya budaya Barat ke Jepang merupakan suatu perubahan besar dalam masyarakat Jepang. Hal ini terjadi sejak zaman Meiji (1866-1869). Perubahan terjadi di segala bidang, tidak hanya dalam kebudayaan saja, melainkan bidang ekonomi, pendidikan, agama, teknologi dan lain-lain. Sejak restorasi Meiji hingga saat ini, masyarakat Jepang sudah dapat menerima masuknya budaya Barat ke Jepang salah satunya memakai pakaian ala Barat dalam kehidupan sehari-hari mereka, dan hanya memakai Kimono dalam kesempatan tertentu saja karena dianggap kurang praktis dan sulit dalam pemakaiannya. Berawal sejak terjadinya Restorasi Meiji di Jepang yang akhirnya membuat bangsa Jepang mau membuka diri terhadap dunia luar, budaya Barat mulai masuk dan diadopsi oleh masyarakat Jepang, termasuk dalam hal berpakaian. Jepang dapat dengan cepat mengadopsi budaya Barat dalam hal gaya berpakaian, dapat dilihat dari pembuatan seragam militer Jepang yang menyamai seragam militer Barat. Secara bertahap perubahan dalam hal cara berpakaian terus berlanjut hingga saat ini. Jas dan gaun akhirnya menjadi alternatif pilihan pakaian oleh kebanyakan masyarakat Jepang dalam menghadiri suatu pesta ataupun acara formal. Mereka juga terbiasa memakai kemeja, kaos ataupun celana dalam kehidupan sehari-hari karena dianggap jauh lebih mudah dan praktis. Beberapa jenis pakaian inilah yang disebut Youfuku oleh masyarakat Jepang. Dewasa ini, Kimono masih berfungsi sebagai pakaian tradisional yang dipakai oleh masyarakat Jepang dalam menghadiri festival dan upacara formal. Ada pula yang masih menggunakan Kimono dalam kegiatan sehari-hari. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang bekerja di rumah makan khas Jepang, para pegawai atau pekerja di penginapan tradisional Jepang, ataupun atlit Sumo yang memang dalam kehidupan sehari-harinya diharuskan untuk memakai Kimono sebagai pakaiannya. Masyarakat Jepang yang masih mengindahkan tradisi dan kebudayaannya beranggapan bahwa Kimono memiliki makna dalam setiap pemakaiannya dan menggambarkan keselarasan bila dipakai dalam suatu perayaan yang sesuai dengan Kimono tersebut. Maka dalam beberapa perayaan seperti Shichi-Go-San, Seijin Shikki, upacara pernikahan, upacara kematian, upacara minum teh, dan upacara wisuda, Kimono biasanya masih digunakan oleh sebagian besar masyarakat Jepang. Kimono dapat dipakai laki-laki maupun perempuan. Adapun beberapa jenis Kimono yang biasa dikenakan oleh perempuan, yaitu: Uchikake, Houmongi, Omeshi, Yukata, Tomesode, Mofuku, Iromuji, dan Furisode. Kimono laki-laki berbeda dengan Kimono perempuan. Kimono untuk laki-laki dalam hal warna dan motif lebih sederhana, bentuk Kimono laki-laki lurus tanpa memiliki panjang yang lebih. Bentuk Obi laki-laki kecil dan berwarna lembut serta tidak ada Kimono laki-laki khusus seperti Kimono perempuan.
    URI
    http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5362
    Collections
    • Undergraduate Theses [562]

    Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara - 2025

    Universitas Sumatera Utara

    Perpustakaan

    Resource Guide

    Katalog Perpustakaan

    Journal Elektronik Berlangganan

    Buku Elektronik Berlangganan

    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV
     

     

    Browse

    All of USU-IRCommunities & CollectionsBy Issue DateTitlesAuthorsAdvisorsKeywordsTypesBy Submit DateThis CollectionBy Issue DateTitlesAuthorsAdvisorsKeywordsTypesBy Submit Date

    My Account

    LoginRegister

    Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara - 2025

    Universitas Sumatera Utara

    Perpustakaan

    Resource Guide

    Katalog Perpustakaan

    Journal Elektronik Berlangganan

    Buku Elektronik Berlangganan

    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV