Potensi Ekonomi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jasa Ekosistem Mangrove Sebagai Habitat Kepiting Bakau (Scylla sp.)
View/ Open
Date
2018Author
Karniati, Rika
Advisor(s)
Sulistyono, Nurdin
Metadata
Show full item recordAbstract
Mangroves is complex ecosystems that function as nurture areas and habitats of various kinds of fish, shrimp, shellfish and crabs. Mangrove crabs (Scylla sp) is one of small scale fisheries commodity that have high economic value and typically associated with good mangrove ecosystem. This study aims to obtain information about the factors that influence the existence of mangrove crabs (Scylla sp), as well as their potential economic value in Lubuk Kertang and Pangkalan Batu villages. Data collection done by measuring abiotic factors (temperature, pH, salinity, dissolved oxygen, mud depth, distance from the river) and biotic factors (stand density through canopy cover). Data processing done by using binary logistic regression analysis with stepwise method. The results showed that dissolved oxygen and mud depth contributed to the existence of mangrove crabs. The amount of contribution of dissolved oxygen and mud depth is 68.7%, or in other words the contribution of abiotic factors (dissolved oxygen and depth of mud) to the existence of mangrove crabs is 68.7%, while the remaining 31.3% is the contribution of other variables which was not measured in this study. Mangrove merupakan ekosistem yang kompleks yang memiliki fungsi sebagai area pengasuhan dan habitat dari berbagai macam ikan, udang, kerang-kerangan dan kepiting. Kepiting bakau (Scylla sp) merupakan salah satu komoditas perikanan skala kecil yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan secara khas berasosiasi dengan ekosistem mangrove yang masih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan kepiting bakau (Scylla spp), serta nilai ekonomi potensialnya di desa Lubuk Kertang dan Pangkalan Batu. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur faktor abiotik (suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut, kedalaman lumpur, jarak dari sungai) dan faktor biotik (kerapatan tegakan melalui canopy cover). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi binary logistic dengan metode stepwise. Hasil penelitian menunjukkan oksigen terlarut dan kedalaman lumpur yang memberikan kontibusi terhadap keberadaan kepiting bakau. Besarnya kontribusi oksigen terlarut dan kedalaman lumpur yaitu sebesar 68,7%, atau dengan kata lain kontribusi faktor abiotik (oksigen terlarut dan kedalaman lumpur) terhadap keberadaan kepiting bakau sebesar 68,7%, sedangkan sisanya sebesar 31,3% merupakan kontribusi dari variabel lain yang tidak diukur dalam penelitian ini.
Collections
- Undergraduate Theses [1971]