Relasi Kuasa Perempuan pada Budaya Patrilinealistik Untuk Mengambil Keputusan dalam Lembaga Birokrasi (Studi Kasus Sekretariat Pemerintahan Kabupaten Aceh Utara)
View/ Open
Date
2018Author
Prakoso, Herry Agam
Advisor(s)
Daulay, Harmona
Metadata
Show full item recordAbstract
Aceh adalah suatu provinsi yang sebagian besar masyarakatnya beranggapan bahwa yang menentukan suatu keputusan berkaitan dengan birokrasi pemerintahan lebih di dominasi oleh laki-laki dan kebudayaan masyarakatnya cenderung patrilinealistik (patriarki).Sejarah Aceh pada abad ke-13 Kerajaan Samudera Pasai pernah dipimpin oleh seorang perempuan yaitu Sultanah Nahrisyah dan sebagai ratu perempuan pertama yang memimpin kerajaan di Aceh.Faktanya di masa sekarang ini kondisi perempuan Aceh mengalami degradasi yang sangat berbeda dibanding masa lalu kini, peran perempuan sebagai pemimpin di ruang publik semakin berkurang.Sebagai perempuan, mereka cenderung mengalami diskriminasi berlapis seperti stereotipe, eksploitasi dan juga kerap mendapat kekerasan.Di Kabupaten Aceh Utara terdapat suatu fenomena yang unik, yang mana terdapat perempuan di dalam lembaga pemerintahan yang cenderung patriarki, namun mereka bisa bertahan dan mendapatkan kedudukan yang tinggi dan strategis ditengah dominasi patriarki.Penelitian ini menggunakan teori relasi kuasa Michele Foucault dengan metode kualitatif, observasi dan wawancara mendalam(indepth-Interview). Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa pejabat perempuan dapat mendobrak glass ceilingyang didominasi oleh laki-laki dengan cara membangun relasi kekuasaan dengan atasan, bawahan, dan rekan kerja agar mendapatkan kepercayaanyang disertai tiga faktor sebagia mekanisme kekuasaan yang dimaksud Foucault yaitu relasi kuasa, ilmu pengetahuan, dan wacana untuk mendobrak dominasi patriarki serta tipe kepemimpinan yang dimiliki oleh pejabat perempuan, sehingga mereka bisa membangun relasi kekuasaan, dan mendapatkan kedudukan yang tinggi serta dipercayai untuk mengatur lembaga pemerintahan ditengah budaya masyarakat patriarki yang mendominasi birokrasi pemerintahan di Kabupaten Aceh Utara. Aceh is a province where most people assume that the decisive decision regarding government bureaucracy is more dominated by men and the culture of the society tends to be patrilinealistic (patriarchy). History of Aceh in the 13th century The Kingdom of Samudera Pasai was once led by a woman namely Sultanah Nahrisyah and as the first female queen who led the kingdom in Aceh. In fact today, the condition of Acehnese women is experiencing very different degradation compared to the past, the role of women as leaders in the public space is decreasing. As women, they tend to experience layered discrimination such as stereotypes, exploitation and also often get violent. In Aceh Utara there is a unique phenomenon, in which women in government institutions tend to be patriarchal, but they can survive and gain a high and strategic position amid patriarchal dominance. This study uses the theory of power relation Michele Foucault with qualitative methods, observation and in-depth interviews (indepth-Interview). The results of this study indicate that female officials can break the glass ceiling dominated by men by way of building power relationships with superiors, subordinates, and colleagues in order to gain confidence that accompanied by three factors namely that Foucault said, power relations, science, and discourse to break the dominance patriarchy and good leadership type owned by women officers, so that they can build power relations, and get a high position and are believed to govern government institutions in the culture of patriarchal society dominating government bureaucracy in North Aceh District.
Collections
- Undergraduate Theses [1027]
