Show simple item record

dc.contributor.advisorKusmanto, Heri
dc.contributor.authorJuliani, Ervina
dc.date.accessioned2022-11-14T08:15:43Z
dc.date.available2022-11-14T08:15:43Z
dc.date.issued2008
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/59457
dc.description.abstractMiliter sebagai salah satu kekuatan sosial politik pada masa Orde Baru telah memainkan perannya yang dominan dalam arena politik. Militer menggunakan doktrin Dwi Fungsi sebagai usahanya dalam memperluas kekuasaan. Hal ini terjadi selama lebih dari tiga puluh tahun dimana militer menjadi salah satu penopang kekuasaan Soeharto. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelompok mana yang mendukung dan menentang terhadap konsep Dwi Fungsi setelah jatuhnya Orde Baru. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif, yaitu dengan menggunakan pendekatan sejarah lalu membuat pemetaan kelompok yang mendukung dan menentang penghapusan Dwi Fungsi ABRI. Teori yang digunakan adalah teori pola hubungan sipil-militer yang menggambarkan peran dominan militer dalam politik. Hal ini berkaitan dengan konsep Dwi Fungsi ABRI yang berlaku selama Orde Baru yang telah diselewengkan oleh Orde Baru. Kelompok yang mendukung berasal dari kalangan militer yaitu para perwira militer yang telah menduduki jabatan strategis dalam politik. Kelompok pendukung tersebut seperti pemimpin Orde Baru sendiri yaitu Soeharto yang tidak menginginkan kekuasaannya beralih dan juga anggota Kabinet Pembangunan VII yang merupakan kabinet bentukan Soeharto. Menurut para pendukungnya bahwa militer masih dibutuhkan dalam politik sehubungan dengan kekuasaannya selama bertahun-tahun. Jadi sulit untuk menghilangkan peran politik militer di Indonesia. Selain itu, militer juga merupakan bagian dari kekuatan sosial politik yang dibutuhkan untuk membangun negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Sedangkan kelompok penentangnya berasal dari kalangan mahasiswa yang menginginkan adanya perubahan secara total seiring dengan jatuhnya Soeharto sebagai pemimpin Orde Baru. Kelompok penentang ini dibagi atas dua yaitu garis moderat yang menginginkan penghapusan Dwi Fungsi secara bertahap yang terdiri dari kelompok internal militer yaitu para perwira yang masih duduk dalam jabatan politik. Kelompok yang kedua adalah garis keras yang menentang Dwi Fungsi ABRI tanpa kompromi. Kelompok ini terdiri dari gabungan mahasiswa seperti Forum Kota, Partai Amanat Nasional dan Partai Rakyat Demokratik.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectKelompok Pendukungen_US
dc.subjectPenentang Dwi Fungsi ABRIen_US
dc.titleStudi Tentang Kelompok Pendukung dan Penentang Terhadap Penghapusan Dwi Fungsi ABRI Tahun 1998-2001en_US
dc.identifier.nimNIM050906045
dc.identifier.nidnNIDN0006106403
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI67201#Ilmu Politik
dc.description.pages93 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record