Show simple item record

dc.contributor.advisorNandi S
dc.contributor.authorHasibuan, Putri Suriyani
dc.date.accessioned2018-09-03T04:40:35Z
dc.date.available2018-09-03T04:40:35Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/6005
dc.description.abstractSastra adalah bagian dari seni karya sastra yang berkaitan dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena karya sastra berhubungan dengan ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.Karya sastra dibedakan atas prosa, puisi, dan drama. Sedangkan prosa juga terbagi lagi ke dalam jenis novel, cerita pendek (cerpen), dan roman. Novel adalah karangan prosa panjang yang terdiri dari beberapa unsur yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang berada di dalam karya sastra. Salah satu contoh karya sastra fiksi adalah novel “Dua Belas Pasang Mata” karya Sakae Tsuboi yang menceritakan tentang kasih sayang dan rasa kemanusiaan seorang guru pengganti di sebuah desa Tanjung. Dalam menganalisi snovel “Dua Belas Pasang Mata” ini penulis menggunakan pendekatan struktural, yang merupakan pendekatan intrinsik. Dalam skripsi ini metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif. Data yang dikumpulkan, disusun, dianalisis, dan dideskripsikan. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan studi kepustakaan. Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Jika dilihat dari segi strukturalnya tema dalam novel “Dua Belas Pasang Mata” ini yaitu tentang kasih sayang serta rasa kemanusiaan seorang guru pengganti yang bernama Miss Oishi terhadap kehidupan 12 anak didiknya yang berada di sebuah desa sederhana di Laut Seto. Alur atau plot pada karya sastra pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Untuk menganalisi salur dalam novel “ Dua Belas Pasang Mata” ini menggunakan teori Mountage dan Henshaw yang menjelaskan bahwa tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita dapat tersusun dalam tahapan-tahapan yang terdiri dari: Exposition, Inciting Force, Rising Action, Crisis, Climax, dan FallingAction. Alur dalam novel ini kurang baik karena tidak adanya konflik yang mencapai klimaks pada cerita. Tokoh dalam karya fiksi tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampakan ide, motif, plot, dan tema, dan menempati posisi strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Penokohan dalam novel Dua Belas Pasang Mata, khususnya Hisako Oishi sebagai tokoh utama dalam novel ini orang yang memiliki karakter yang kuat dan memiliki rasa simpati yang tinggi dan kasih sayang terhadap kehidupan kedua belas anak didiknya dan terhadap lingkungan sekitarnya. Karya sastra di asumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur yang saling terkait satu sama lain. Struktur tersebut memliki bagian yang kompleks, sehingga pemaknaan harus diarahkan kedalam hubungan antara unsur secara keseluruhan. Di dalam alur tidak terdapat konflik. Sementara itu temanya juga tidak mengisyaratkan adanya terjadi pertikaian dalam cerita. Alur dan tema mempunyai keselarasan. Namun alur harus terdapat konflik agar jalan cerita menjadi hidup. Jadi penulis menyimpulkan bahwa hubungan alur dan tema kurang baik. Adanya keterkaitan antara alur dan tokoh yaitu pada konteks tidak adanya konflik di alur ditambah tokoh yang tidak ada pemeran antagonis sehingga keterkaitan terjadi. Tetapi alur yang baik harus terdapat konflik. Jadi penulis menyimpulkan bahwa hubungan alur dan tokoh kurang baik. Tema dalam cerita ini menceritakan tentang kasih sayang seorang guru terhadap murid-muridnya. Hal itu merupakan suatu sinyal bahwa cerita berjalan tanpa permasalahan. Kemudian tokoh dalam cerita ini mendukung tema karena tidak ada tokoh antagonis dalam novel ini sehingga tidak ada permasalahan. Tokoh ada yang bersifat antaganis dan protagonis.Jadi penulis menyimpulkan bahwa hubugan tema dan tokoh kurang baik karena tidak ada tokoh antagonis.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectNovelen_US
dc.subjectDua Belas Pasang Mataen_US
dc.subjectSakae Tsuboien_US
dc.titleAnalisis Struktural Novel “Dua Belas Pasang Mata” Karya Sakae Tsuboien_US
dc.title.alternativeTsuboi Sakae No Sakuhin No “ Dua Belas Pasang Mata” To Iu Shousetsu No Kouzueteki No Bunsekien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM130708094en_US
dc.identifier.submitterIndra
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record