dc.description.abstract | Sastra adalah bagian dari seni karya sastra yang berkaitan dengan ekspresi dan
kegiatan penciptaan. Karena karya sastra berhubungan dengan ekspresi, maka karya
sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.Karya sastra dibedakan atas
prosa, puisi, dan drama. Sedangkan prosa juga terbagi lagi ke dalam jenis novel,
cerita pendek (cerpen), dan roman.
Novel adalah karangan prosa panjang yang terdiri dari beberapa unsur yaitu
unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar
karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang berada di dalam karya sastra.
Salah satu contoh karya sastra fiksi adalah novel “Dua Belas Pasang Mata”
karya Sakae Tsuboi yang menceritakan tentang kasih sayang dan rasa kemanusiaan
seorang guru pengganti di sebuah desa Tanjung. Dalam menganalisi snovel “Dua
Belas Pasang Mata” ini penulis menggunakan pendekatan struktural, yang merupakan
pendekatan intrinsik. Dalam skripsi ini metode penelitian yang penulis gunakan
adalah metode deskriptif. Data yang dikumpulkan, disusun, dianalisis, dan
dideskripsikan. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan studi
kepustakaan.
Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai
pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Jika
dilihat dari segi strukturalnya tema dalam novel “Dua Belas Pasang Mata” ini yaitu
tentang kasih sayang serta rasa kemanusiaan seorang guru pengganti yang bernama
Miss Oishi terhadap kehidupan 12 anak didiknya yang berada di sebuah desa
sederhana di Laut Seto.
Alur atau plot pada karya sastra pada umumnya adalah rangkaian cerita yang
dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang
dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Untuk menganalisi salur dalam novel
“ Dua Belas Pasang Mata” ini menggunakan teori Mountage dan Henshaw yang
menjelaskan bahwa tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita dapat tersusun dalam
tahapan-tahapan yang terdiri dari: Exposition, Inciting Force, Rising Action, Crisis,
Climax, dan FallingAction. Alur dalam novel ini kurang baik karena tidak adanya
konflik yang mencapai klimaks pada cerita.
Tokoh dalam karya fiksi tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi
juga berperan untuk menyampakan ide, motif, plot, dan tema, dan menempati posisi
strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat, moral atau sesuatu
yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Penokohan dalam novel Dua Belas
Pasang Mata, khususnya Hisako Oishi sebagai tokoh utama dalam novel ini orang
yang memiliki karakter yang kuat dan memiliki rasa simpati yang tinggi dan kasih
sayang terhadap kehidupan kedua belas anak didiknya dan terhadap lingkungan
sekitarnya.
Karya sastra di asumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur yang
saling terkait satu sama lain. Struktur tersebut memliki bagian yang kompleks,
sehingga pemaknaan harus diarahkan kedalam hubungan antara unsur secara
keseluruhan.
Di dalam alur tidak terdapat konflik. Sementara itu temanya juga tidak
mengisyaratkan adanya terjadi pertikaian dalam cerita. Alur dan tema mempunyai
keselarasan. Namun alur harus terdapat konflik agar jalan cerita menjadi hidup. Jadi
penulis menyimpulkan bahwa hubungan alur dan tema kurang baik.
Adanya keterkaitan antara alur dan tokoh yaitu pada konteks tidak adanya
konflik di alur ditambah tokoh yang tidak ada pemeran antagonis sehingga
keterkaitan terjadi. Tetapi alur yang baik harus terdapat konflik. Jadi penulis
menyimpulkan bahwa hubungan alur dan tokoh kurang baik.
Tema dalam cerita ini menceritakan tentang kasih sayang seorang guru
terhadap murid-muridnya. Hal itu merupakan suatu sinyal bahwa cerita berjalan tanpa
permasalahan. Kemudian tokoh dalam cerita ini mendukung tema karena tidak ada
tokoh antagonis dalam novel ini sehingga tidak ada permasalahan.
Tokoh ada yang bersifat antaganis dan protagonis.Jadi penulis menyimpulkan
bahwa hubugan tema dan tokoh kurang baik karena tidak ada tokoh antagonis. | en_US |