| dc.description.abstract | Kepemimpinan perempuan menjadi isu publik yang selalu diperbincangkan, dan telah memancing polemik dan debat antara yang pro dan kontra terhadap pemimpin perempuan dalam sebuah negara, kendatipun pengakuan atas bak dasar kemanatizan tampak mengalami peningkatan yang signifikan diberbagai belahan dunia Pengakuan ini juga berlaku atas hak perempuan sebagaimana yang sejajar dengan laki laki Stigma bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh akhirnya ke dapur juga seringkala dijadikan alat untuk membenarkan tindakan tidak adil terhadap kaum perempuan Budaya Patriarkha mempengaruhu terbentuknya struktur dan sosial politik yang timpang di masyarakat, sehingga perempuan yang pada posisi lemah hanya bisa bertahan dalam ruang domestiknya. Kepemimpinan menjadi bagian yang identik dengan budaya laki- laki sehingga perempuan menumpin menjadi hal yang taba Budaya patriarkhi di kalangan masyarakat mengakar dan mendominasi dalam kehidupan, bahkan dalam lingkungan terkecil seperti keluarga.
Berdasarkan latar belakang masalah dan manisan masalah diatas, maka dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan bertujuan untuk menganalisis kepemimpinan perempuan dalam birokrasi pemerintahan Penelitian ini dilakukan terhadap 36 responden perempuan yang bekerja pada kantor Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Pengumpulan dats dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden dan dokumenter
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin perempuan memiliki kemampuan manajerial maupun kemampuan lainya secara kualitatif setara dengan kaum laki laki dan hal tersebut dinyatakan oleh seluruh respenden yakni 36 orang (100 %), sehingga tidak ada alasan masyarakat untuk menolak perempuan menjadi pemimpin atau mitra kerja sejajar kaum laki laki Meskipun 63,89% responden menyatakan bahwa mereka kadang kadang kehilangan waktu bersama keluarga, ita tidak mengurangi kapabilitas mereka sebagai seorang pemimpin Mereka merasa keluarga dan karier bisa berjalan beriringan (100 %) Hasil dan penelitian m adalah perempuan sebagai pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda dengan laki-laki (72.2 %) Mereka memiliki gaya kepemimpinannya tersendiri. Mereka memiliki kepemimpinan Androgini yaitu kepemimpinan yang memiliki sati Seminitat dan maskalautas, sebagai seorang pemimpin perempuan, mereka menunjukkan jati darinya dan tidak perlu meniru dan berprilaku sebagai laki-laki namun juga tidak perlu menghindari sifat kelembutan pada saat menjadi pemimpin Penelitian ini kian menguatkan betapa pandangan konservatif dan traditional yang senantiasa menempatkan kaum perempuan sebagai orang kedua, dalam penelitian ini dibuktikan melalu kenyataan bahwa perempuan menjadi seorang pemimpin masih merupakan hal yang sulit (63,88 %) cenderung terus memudar Perempuan tidak lagi dominan dalam memainkan peran domestikaya, berdandan, memasak, beranak yang merupakan stereotype yang menempel pada cita din perempuan (77,77% tidak setuju) Kaum perempuan tak lagi tunggal dum meski menjadi seo stri atau telah memiliki anak. Mereka tetap bisa meniti karser, bahkan memankan peran penting di sektor publik | en_US |