Show simple item record

dc.contributor.advisorDaulay, Harmona
dc.contributor.authorTarigan, Helenta Br
dc.date.accessioned2022-11-15T07:03:17Z
dc.date.available2022-11-15T07:03:17Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/60148
dc.description.abstractDalam hal kebudayaan, masyarakat Karo masih memegang teguh adat istiadat yang umumnya dilaksanakan melalu upacara-upacara tradisional Salah satu upacara tradisional yang masih di yakıni oleh masyarakat setempat adalah upacara mengget yaitu upacara yang dilakukan secara rahasia kepada keluarga yang tidak memiliki keturunan, hanya memiliki anak perempuan, atau pun sebaliknya Peneliti merasa tertarik untuk mengkaji permasalahan ini karena masyarakat umumnya mempersalahkan perempuan (isteri) jika tidak memiliki keturunan Hal ini disebabkan karena adanya anggapan masyarakat halwa perempuan adalah pihak yang paling berpengaruh dalam proses reproduksi Hal ini juga tidak terlepas dari sistem kekerabatan yang dianut oleh masyarakat Karo yahu patrilineal Dengan berlakunya budaya patriarkhi menyebabkan adanya dakruunasi gender antara laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memiliki kekuasaan yang lebih tinggi (dominan), sedangkan perempuan berada di bawah laki-laki (subordinat) Permasalahan perempuan sebagai salah satu inu gender telah menjadi im yang aktual pada dekade ini Gugatan terhadap kesetaraan gender yang termaktub dalam pres no 9 talin 2000 telah mengukuhkan permasalahan gender dengan fokus pemberdayaan yang menasional Tulisan ini mengungkapkan gambaran perempuan (inter) yang tidak memiliki keturunan dalam masyarakat Karo, yang berhubungan dengan proses upacara mengger yang mereka terima. Permasalahan permasalahan perempuan terjadi di berbagai ingkup kehidupan demikian halaya pada masyarakat Karo, klaamanya di daerah pedesaan Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana persepa isteri yang pernah terkena ritual nengget di desa Kuta Rayat. Bagaimana pandangan ister terhadap makna perkawinan dan budaya patriarkhi di desa Kuta Rayat Bagaimana nengget di lihat dan perspektif gender dan ketidakadilan gender Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dimana jumlah forman yang pernah mengalami ritual nengget dalam penelitian ini sebanyak 10 orang Hasil penelitian immenunjukkan bahwa banyak ketadakadilan yang dialami oleh informas, baik berupa stereotipe, misalnya adanya anggapan bahwa perempuan yang tidak memiliki keturunan adalah perempuan nakal, har, kurang merawat di dan lain-lain. Donuna laki-laki (mm), disebabkan karena masyarakat menempatkan laki-laki sebagai penumpin dan pengambil keputusan. Subordmas dimana perempuan (isteri) harus patuh dan mengalah kepada laki-laki (mami) Marginalinan yang di terima perempuan yang tidak memiliki keturman, merasa minder karena mendapat cemoolun dari masyarakat dan perempuan tidak berhak atas aksesnya terhadap kekayaan Kekerasan yang dialami perempuan yang pernah terkena ritual nengget bersifat prikis maupun Suk, disebabkan karena adanya anggapan laki laki lebih berkuasa dan dapat mengontrol perempuan Hal a tidak terlepas dari budaya patriarkhu yang tumbuh subur dalam masyarakat, dantidak adanya sosialisasi gender terhadap perempuan (istri) membuat mereka beranggapan bahwa gender adalah kodrat yang harus di jalanien_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.titleUpacara "Nengget" di Kalangan Suku Karo (Studi tentang Perspektif Gender di Desa Kuta Rayat, Kecamatan Naman Teran, Kab. Karo)en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM040901011
dc.identifier.nidnNIDN0011076901
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI69201#Sosiologi
dc.description.pages169 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record