Show simple item record

dc.contributor.advisorRizabuana
dc.contributor.authorS, Monica Christy
dc.date.accessioned2022-11-16T01:52:02Z
dc.date.available2022-11-16T01:52:02Z
dc.date.issued2013
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/60469
dc.description.abstractPerselingkuhan merupakan suatu kedekatan antara laki-laki dan perempuan secara emosional dimana didalamnya tidak terikat oleh pernikahan yang akan menimbulkan masalah ataupun konflik. Masalah rumah tangga bisa bersumber dari mana saja, bisa dari suami, isteri, bahkan dari pihak ketiga. Karena itu, ketika rumah tangga diterpa masalah, bukan hanya suami yang dituntut untuk menyikapi dan mencari jalan keluar, isteripun harus ikut aktif dalam menyelesaikannya. Teori interaksionisme simbolik menunjukan adanya simbol-simbol yang diberikan oleh “dating couples”. Simbol-simbol tersebut diberikan dalam berinteraksi dengan perilaku-perilaku menyimpang dalam sebuah pernikahan, dimana mereka terlibat dalam sebuah masalah keluarga dan mengalihkannya kepada hubungan khusus dengan orang lain yang bukan suami ataupun isterinya. Pengalihan interaksi oleh “dating couples” mengarah kepada hal yang bertentangan dengan norma-norma sosial sehingga menimbulkan suatu penyimpangan sosial. Perilaku yang menyimpang tersebut merupakan aktivitas perselingkuhan yang pada awalnya untuk menghilangkan beban dipikiran dengan kesenangan-kesenangan dari pihak ketiga. Jenis penelitian yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pola tempat tinggal “dating couples” yaitu 1) berasingan rumah tetapi mempunyai rumah untuk tempat bertemu, 2) tanpa rumah tempat tinggal bersama, tetapi menjadikan rumah keluarga sebagai tempat pertemuan, 3) satu rumah bersama tanpa status pernikahan, 4) tanpa rumah yang dibina bersama, pertemuan hanya di warung remang-remang dan hotel, 5) tanpa rumah tempat tinggal, tanpa berhubungan seksual hanya bertemu hanya di warung remang-remang. Adanya pola pertemuan yang terlihat dalam “dating couples”, dimana mereka bertemu di 1) rumah salah satu “dating couples”, 2) warung remang-remang, 3) bungalow atau hotel kelas melati. Terlihat pula rutinitas pertemuan dalam “dating couples” yang disesuaikan dengan kegiatannya, yaitu ; 1) pertemuan dengan jadwal tertentu, 2) pertemuan dengan waktu yang tidak tertentu, 3) pertemuan setiap hari. Beberapa alasan yang menjadi latar belakang perilaku seksual “dating couples” adalah 1) pekerjaan suami yang berada di luar kota, 2) terpengaruh kondisi lingkungan 3) kebutuhan seksual yang tidak seimbang. Kualitas untuk bertahannya suatu hubungan terikat pada suatu komitmen yang dijalani bersama sebagai pedoman untuk suatu hubungan yang awet.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.titleStudi Kasus : Perilaku Seksual “Dating Couples” di Kota Medanen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM090901056
dc.identifier.nidnNIDN0029096103
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI69201#Sosiologi
dc.description.pages137 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record