| dc.description.abstract | Hidup melajang adalah merupakan fenomena yang tidak disukai oleh anggota
keluarga, dan merupakan salah satu bentuk penyimpangan bagi masyarakat.
Problematika hidup melajang, dengan ungkapan yang lebih halus, keterlambatan usia
nikah adalah merupakan suatu fenomena yang menarik perhatian. Fenomena ini tidak
hanya terjadi di tempat atau negara tertentu, tetapi hampir terjadi di seluruh masyarakat
dunia. Walaupun dengan identitas yang berbeda-beda, fenomena ini telah menyebar
dalam berbagai komunitas, baik yang ada di Timur maupun yang ada di Barat. Ada
ribuan, bahkan jutaan perawan tua yang hidup dalam keadaan melajang, padahal
mereka dulunya mendambakan hidup menikah.
Banyak alasan mengapa para wanita lajang yang dikatakan sudah mapan jadi
merasa nyaman dengan kondisi belum menikah. Kesimpulan ini dapat dilihat karena
wanita sudah berada pada Comfort zone (memiliki kedudukan tertentu dan telah
memiliki pendapatan yang telah memadai) alias sudah kadung (terlanjur) asyik dengan
kehidupan melajang. Terjadinya perubahan yang cepat pada wanita dibandingkan pria
di Indonesia. Wanita Indonesia makin cerdas, berpendidikan dan makin mudah
beradaptasi dengan perubahan. Ini membuat para wanita susah untuk menentukan
pilihan hidupnya untuk berkeluarga. Dan kecenderungan saat ini wanita bisa berpikir
lebih rasional dan tidak lagi emosional, dan yang terpenting lagi adalah mampu untuk
mengontrol diri. Berdasarkan gambaran tersebut peneliti tertarik untuk memaparkan
secara rinci bagaimana pandangan masyarakat etnis Batak Toba terhadap fenomena
perempuan yang tidak menikah ; apakah yang menjadi latar belakang pilihan hidup
tidak menikah tersebut ; bagaimana interaksi wanita yang tidak menikah di kalangan
masyarakat.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan metode yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya,
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian dilakukan pada wanita
karir etnis Batak Toba di Kota Medan, yang dilakukan dengan menggunakan snowball
sampling.
Dari penelitian dihasilkan kesimpulan bahwa wanita karir etnis Batak Toba,
yang memilih untuk tidak menikah mendapat respon yang biasa saja dari masyarakat
Batak Toba, walaupun ada pertentangan pada masyarakat karena pada umumnya
masyarakat Batak Toba mempunyai nilai-nilai prinsip pada kehidupan Batak Toba
untuk menuju kesempurnaan yaitu hamoraon, hasangapon, dan hagabeon. Hal ini
disebabkan karena wanita karir sudah mengalami perubahan untuk dapat berada pada
sektor public, bukan hanya laki-laki saja yang bisa bekerja dan dihargai di lapisan
masyarakat, tetapi wanita juga dapat dihargai dilingkungannya. | en_US |