Show simple item record

dc.contributor.advisorManurung, Ria
dc.contributor.authorH, Prima Dafrina
dc.date.accessioned2022-11-16T02:28:24Z
dc.date.available2022-11-16T02:28:24Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/60534
dc.description.abstractHidup melajang adalah merupakan fenomena yang tidak disukai oleh anggota keluarga, dan merupakan salah satu bentuk penyimpangan bagi masyarakat. Problematika hidup melajang, dengan ungkapan yang lebih halus, keterlambatan usia nikah adalah merupakan suatu fenomena yang menarik perhatian. Fenomena ini tidak hanya terjadi di tempat atau negara tertentu, tetapi hampir terjadi di seluruh masyarakat dunia. Walaupun dengan identitas yang berbeda-beda, fenomena ini telah menyebar dalam berbagai komunitas, baik yang ada di Timur maupun yang ada di Barat. Ada ribuan, bahkan jutaan perawan tua yang hidup dalam keadaan melajang, padahal mereka dulunya mendambakan hidup menikah. Banyak alasan mengapa para wanita lajang yang dikatakan sudah mapan jadi merasa nyaman dengan kondisi belum menikah. Kesimpulan ini dapat dilihat karena wanita sudah berada pada Comfort zone (memiliki kedudukan tertentu dan telah memiliki pendapatan yang telah memadai) alias sudah kadung (terlanjur) asyik dengan kehidupan melajang. Terjadinya perubahan yang cepat pada wanita dibandingkan pria di Indonesia. Wanita Indonesia makin cerdas, berpendidikan dan makin mudah beradaptasi dengan perubahan. Ini membuat para wanita susah untuk menentukan pilihan hidupnya untuk berkeluarga. Dan kecenderungan saat ini wanita bisa berpikir lebih rasional dan tidak lagi emosional, dan yang terpenting lagi adalah mampu untuk mengontrol diri. Berdasarkan gambaran tersebut peneliti tertarik untuk memaparkan secara rinci bagaimana pandangan masyarakat etnis Batak Toba terhadap fenomena perempuan yang tidak menikah ; apakah yang menjadi latar belakang pilihan hidup tidak menikah tersebut ; bagaimana interaksi wanita yang tidak menikah di kalangan masyarakat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian dilakukan pada wanita karir etnis Batak Toba di Kota Medan, yang dilakukan dengan menggunakan snowball sampling. Dari penelitian dihasilkan kesimpulan bahwa wanita karir etnis Batak Toba, yang memilih untuk tidak menikah mendapat respon yang biasa saja dari masyarakat Batak Toba, walaupun ada pertentangan pada masyarakat karena pada umumnya masyarakat Batak Toba mempunyai nilai-nilai prinsip pada kehidupan Batak Toba untuk menuju kesempurnaan yaitu hamoraon, hasangapon, dan hagabeon. Hal ini disebabkan karena wanita karir sudah mengalami perubahan untuk dapat berada pada sektor public, bukan hanya laki-laki saja yang bisa bekerja dan dihargai di lapisan masyarakat, tetapi wanita juga dapat dihargai dilingkungannya.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.titleFenomena Pilihan Hidup Tidak Menikah (Studi Deskriptif pada Wanita Karir Etnis Batak Toba di Kota Medan)en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM050901047
dc.identifier.nidnNIDN0003126204
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI69201#Sosiologi
dc.description.pages102 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record