dc.description.abstract | Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya benda-benda budaya Batak yang
diperjualbelikan di daerah pariwisata Samosir. Padahal benda-benda budaya merupakan
sesuatu yang sakral. Perubahan benda sakral menjadi lebih komersial ini disebut sebagai
komodifikasi budaya. Komodifikasi berdampak positif dan negatif bagi pelaku
kebudayaan itu sendiri. Sehingga tulisan ini memaparkan bagaimana proses-proses
terjadinya komodifikasi budaya di daerah pariwisata Samosir. Dengan tujuan penelitian
memaparkan atau mengukapkan penetahuan masyarakat mengenai benda-benda sakral,
makna, fungsi sampai alasan pengukir memodifikasi benda budaya. Sehingga tulisan ini
juga dapat digunakan sebagai inventarisasi budaya khususnya ukir Batak. Metode yang
dilakukan menggunakan kerja etnografi. Dalam menemukan data, peneliti tinggal
bersama penduduk sekitar dan ikut mempelajari proses pembuatan ukiran Batak.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komodifikasi budaya terjadi dikarenakan
faktor ekonomi dan arus globalisasi. Samosir yang menjadi destinasi wisata menjadikan
masyarakat yang ada di sekitaran wilayah untuk mengembangkan kemampuan diri atau
berekonomi kreatif. Disamping alam yang indah, keberadaan artefak kemudian dijadikan
salah satu hal yang menarik wisatawan. Memanipulasi benda-benda budaya Batak
menjadi pilihan bukan hanya untuk ekonomi akan tetapi juga mempertahankan identitas
budaya Batak. Dalam mengkomodifikasi benda-benda budaya Batak, pelaku kebudayaan
(pengukir) memanfaatkan media massa seperti televisi, majalah hingga buku menjadi
refrensi dalam membuat suatu ukiran. Tidak hanya itu kreativitas yang tinggi membuat
pengukir dapat menciptakan benda-benda baru.
Dari penelitian ini juga diketahui bahwa terdapat berbagai permasalahan yang
dialami pengukir di lokasi penelitian misalnya saat ini cukup sulit mendapatkan kayu
(ingul, jior, haumbang). Belum lagi proses mengerjakan satu ukiran memakan waktu
yang relatif lama mengingat pembuatannya masih handmade sehingga harga yang
dipatokkan cukup mahal, misalnya dalam membuat Gaja Doppak yang dibutuhkan waktu
hingga seminggu. Kendala lainnya yang dihadapi adalah regenerasi yang tidak berjalan
baik, hingga kurangnya perhatian orang terhadap kebudayaan. | en_US |