Show simple item record

dc.contributor.advisorManurung, Ria
dc.contributor.authorSilaba, Okto J O
dc.date.accessioned2022-11-16T03:48:37Z
dc.date.available2022-11-16T03:48:37Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/60666
dc.description.abstractPerkawinan yang ideal menjadi harapan setiap pasangan yang melangsungkan perkawinan tidak selamanya seperti yang diharapkan. Kegagalan dalam perkawinan akibat konflik rumah tangga sering diakhiri dengan perceraian. Perceraian yang merupakan pemutusan terhadap hubungan perkawinan antara suami dan isteri, yang dimana si isteri mengambil keputusan untuk menceraikan suaminya. Stereotip yang kurang baik terhadap janda atau orang yang melakukan cerai sekarang ini kurang berlaku, yang dulunya cerai itu dianggap aib, sekarang lambat laun itu sudah mengalami perubahan. Banyak dalam masyarakat yang telah melakukan perceraian, memutuskan tali perkawinan dengan perceraian. Perceraian dianggap solusi yang dapat mengakhiri penderitaan, mengakhiri permasalahan, tekanan, dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengambil beberapa informan yaitu 3 orang laki-laki dan 3 orang perempuan yang telah resmi bercerai dengan suami atau isterinya yang berada di wilayah kota Medan. Dan 9 informan biasa yang terdiri dari penatua gereja, adat dan masyarakat biasa. Penelitian ini dilakukan hanya kepada suku Batak Toba dan beragama Kristen. Alasan menggunakan penelitian dengan metode kualitatif ini untuk memberikan keleluasaan dan kesempatan bagi peneliti untuk bisa menggali informasi secara lebih mendalam, karena kasus yang diangkat cukup sensitif. Hasil dalam penelitian ini adalah bahwa keputusan untuk bercerai dikalangan Batak Toba Kristen itu adalah merupakan pilihan rasional yang dianggap merupakan solusi yang tepat dalam mengakhiri setiap permasalahan yang terus-menerus yang tidak mempunyai harapan lagi untuk bisa dipertahankan. Berbagai faktor yang membuat sebuah keluarga Batak Toba Kristen memutuskan untuk bercerai diantaranya : terjadinya konflik dimana dalam sebuah keluarga tersebut tidak dikaruniai anak, faktor perselingkuhan yang dilakukan isteri, salah satu pihak telah meninggalkan keluarga tanpa ijin dalam waktu yang sangat lama, kehadiran pihak ketiga seperti mertua dalam keluarga sehingga memicu konflik, ketidakhadiran seorang anak laki-laki dalam rumah tangga tersebut, dan pertengakaran/perselisihan yang terus menerus, hingga mengambil keputusan dengan melakukan perceraian. Dari hasil penelitian juga terdapat yang menceraikan bukan hanya perempuan saja, tetapi laki-laki atau suami juga menceraikan isterinya. Terjadinya perceraian dikalangan Batak Toba Kristen itu didasari oleh faktor intern dan faktor ekstern. Dimana faktor intern(dari dalam rumah tangga) tersebut yaitu terjadinya konflik, perselisihan, pertengkaran yang terus menerus sehingga sulit untuk dipertahankan lagi. Sedangkan faktor dari luar yaitu masuknya budaya barat yang banyak diadopsi masyarakat, kekuatan hukum yang semakin tegas, kurangnya bimbingan konseling dari gereja kepada keluarga, dan terjadinya perubahan dalam masyarakat dengan masuknya budaya barat sehingga terjadi memudarnya budaya , nilai-nilai agama, adat. Faktor dari luar ini memberi peluang kepada sebuah keluarga untuk mengambil keputusan dengan perceraian. dari berbagai media juga dapat dilihat bahwa perceraian itu mudah untuk dilakukan, masyarakat Batak Toba Kristen terpengaruh dengan fenomena yang terjadi disekitarnya.en_US
dc.language.isoen_USen_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.titleFenomena Perceraian Dikalangan Batak Toba Kristen (Studi Deskriptif pada Keluarga Etnis Batak Toba Kristen di Kota Medan)en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM060901017
dc.identifier.nidnNIDN0003126204
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI69201#Sosiologi
dc.description.pages115 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record