| dc.description.abstract | Perkawinan yang ideal menjadi harapan setiap pasangan yang melangsungkan
perkawinan tidak selamanya seperti yang diharapkan. Kegagalan dalam perkawinan
akibat konflik rumah tangga sering diakhiri dengan perceraian. Perceraian yang
merupakan pemutusan terhadap hubungan perkawinan antara suami dan isteri, yang
dimana si isteri mengambil keputusan untuk menceraikan suaminya. Stereotip yang
kurang baik terhadap janda atau orang yang melakukan cerai sekarang ini kurang
berlaku, yang dulunya cerai itu dianggap aib, sekarang lambat laun itu sudah
mengalami perubahan. Banyak dalam masyarakat yang telah melakukan perceraian,
memutuskan tali perkawinan dengan perceraian. Perceraian dianggap solusi yang
dapat mengakhiri penderitaan, mengakhiri permasalahan, tekanan, dan lain-lain.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengambil beberapa
informan yaitu 3 orang laki-laki dan 3 orang perempuan yang telah resmi bercerai
dengan suami atau isterinya yang berada di wilayah kota Medan. Dan 9 informan
biasa yang terdiri dari penatua gereja, adat dan masyarakat biasa. Penelitian ini
dilakukan hanya kepada suku Batak Toba dan beragama Kristen. Alasan
menggunakan penelitian dengan metode kualitatif ini untuk memberikan keleluasaan
dan kesempatan bagi peneliti untuk bisa menggali informasi secara lebih mendalam,
karena kasus yang diangkat cukup sensitif. Hasil dalam penelitian ini adalah bahwa
keputusan untuk bercerai dikalangan Batak Toba Kristen itu adalah merupakan
pilihan rasional yang dianggap merupakan solusi yang tepat dalam mengakhiri setiap
permasalahan yang terus-menerus yang tidak mempunyai harapan lagi untuk bisa
dipertahankan. Berbagai faktor yang membuat sebuah keluarga Batak Toba Kristen
memutuskan untuk bercerai diantaranya : terjadinya konflik dimana dalam sebuah
keluarga tersebut tidak dikaruniai anak, faktor perselingkuhan yang dilakukan isteri,
salah satu pihak telah meninggalkan keluarga tanpa ijin dalam waktu yang sangat
lama, kehadiran pihak ketiga seperti mertua dalam keluarga sehingga memicu
konflik, ketidakhadiran seorang anak laki-laki dalam rumah tangga tersebut, dan
pertengakaran/perselisihan yang terus menerus, hingga mengambil keputusan dengan
melakukan perceraian. Dari hasil penelitian juga terdapat yang menceraikan bukan
hanya perempuan saja, tetapi laki-laki atau suami juga menceraikan isterinya.
Terjadinya perceraian dikalangan Batak Toba Kristen itu didasari oleh faktor intern
dan faktor ekstern. Dimana faktor intern(dari dalam rumah tangga) tersebut yaitu
terjadinya konflik, perselisihan, pertengkaran yang terus menerus sehingga sulit
untuk dipertahankan lagi. Sedangkan faktor dari luar yaitu masuknya budaya barat
yang banyak diadopsi masyarakat, kekuatan hukum yang semakin tegas, kurangnya
bimbingan konseling dari gereja kepada keluarga, dan terjadinya perubahan dalam
masyarakat dengan masuknya budaya barat sehingga terjadi memudarnya budaya ,
nilai-nilai agama, adat. Faktor dari luar ini memberi peluang kepada sebuah keluarga
untuk mengambil keputusan dengan perceraian. dari berbagai media juga dapat
dilihat bahwa perceraian itu mudah untuk dilakukan, masyarakat Batak Toba Kristen
terpengaruh dengan fenomena yang terjadi disekitarnya. | en_US |