dc.description.abstract | Penelitian ini mengkaji tentang pergeseran bentuk perkawinan poligami ke
bentuk perkawinan monogami di Desa Sukanalu. Sekitar tahun 1950-an tingkat
perkawinan poligami di desa ini cukup tinggi yaitu sekitar 75% dari jumlah laki-laki
yang telah berumah tangga. Karena tingginya tingkat poligami itulah maka munculah
istilah bagi perempuan Sukanalu yaitu Lembut Sukanalu, tingginya tingkat poligami
di desa ini karena tidak adanya larangan dari adat yang menjadi pedoman dalam
kehidupan mereka, baik dalam perkawinan maupun aspek yang lain. Faktor lain yang
dianggap cukup besar pengaruhnya adalah nilai perkawinan poligami yang dijunjung
tinggi oleh masyarakat khususnya kaum lelaki. Bila seorang laki-laki memiliki isteri
lebih dari satu dianggap lebih unggul, lebih berwibawa serta lebih terhormat di mata
masyarakat dan menjadi suatu kebanggaan, untuk itu setiap laki-laki akan berusaha
untuk mencapainya.
Penelitian yang dilakukan di Desa Sukanalu ini bertujuan untuk mencari dan
mendeskripsikan sebab-sebab terjadinya kecenderungan berpoligami yang pada saat
ini telah mengalami pergeseran ke bentuk perkawiann monogami. Hal yang dikaji
yaitu latar belakang tingginya jumlah perkawinan poligami dan faktor-faktor yang
memicu terjadinya pergeseran tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu metode kualitatif yang bersifat deskriptif, metode wawancara dan life history
method.
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pada masyarakat Karo
perkawinan dilangsungkan secara bertahap, sesuai dengan ketentuan hukum adat dan
berdasarkan sistem kekerabatan patrilineal. Perkawinan pada masyarakat Karo
menganut sisitem kekerabatan, dimana isteri masuk ke dalam klen kekuasaan suami.
Pada perkawinan yang pertama biasanya diadakan dengan pesta yang cukup meriah
dan dengan pemberian tukur yang telah ditentukan sebelumnya, namun pada
perkawinan kedua dan seterusnya cukup diadakan dengan makan bersama di dalam
rumah saja dan dengan jumlah tukur yang diberikan seadanya. Alasan yang memicu
tingginya tingkat perkawinan poligami yaitu karena faktor ekonomi, perjudian,
longgarnya hubungan suami dan isteri, prestise sosial dan penghindaran status janda.
Kesimpulan penelitian ini yaitu seiring dengan berjalannya waktu dan
perubahan zaman maka terjadi pula perubahan kecenderungan perkawinan, dari
perkawinan poligami ke perkawinan monogami. Kecenderungan masyarakat untuk
tidak berpoligami adalah karena timbulnya masalah yang sukar di pecahkan dalam
rumah tangga. Masalah ekonomi rumah tangga merupakan satu masalah yang cukup
pelik yang menjadikan kebanyakan pihak suami tidak sanggup dalam memenuhi
tuntutan ini apalagi bila ia memepunayi isteri atau keluarga yang lebih dari satu
dengan jumlah anak yang banyak pula. Untuk itu berdasarkan pengalaman pengalaman hidup, telah timbul kesadaran di hati kaum laki-laki akan pentingnya arti
satu keluarga yang utuh, maka perkawinan monogami menjadi pilihannya. | en_US |