dc.description.abstract | Tulisan ini menjelaskan tentang berlangsungnya kompetisi tenurial atau
kompetisi penguasaan lahan di antara kelompok warga asli desa, kelompok warga
transmigran Jawa, dan kelompok warga pendatang lainnya, terkait dengan trend
berkebun kelapa sawit yang sedang berlangsung di Desa Rantau Badak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kognitif yang menekankan pada aspek
pengetahuan dari setiap kelompok warga. Penekanan pada aspek pengetahuan
dimaksud adalah untuk dapat menjelaskan atau mendeskripsikan pengetahuan setiap
kelompok warga terhadap keberadaan sumberdaya lahan yang terdapat di desa terkait
dengan kepentingan dalam berkebun kelapa sawit, dan bagaimana perilaku mereka
terhadap upaya peguasaan lahan secara optimal.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif. Perolehan informasi tentang konsep dan perilaku dari setiap
kelompok warga terhadap sumberdaya lahan untuk kepentingan berkebun kelapa
sawit adalah dengan melakukan wawancara mendalam kepada informan kunci, seperti
Pengetua Adat, Kepala Desa, dan Pelaku Kompetisi yang mewakili dari setiap
kelompok warga di desa. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas dari setiap
kelompok warga dalam berkebun kelapa sawit dan bagaimana mereka bertindak
dalam upaya penguasaan lahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa telah terjadi peralihan pada sumber
mata pencaharian pertanian warga dari berkebun karet menjadi berkebun kelapa sawit.
Meningkatnya keantusiasan warga dalam upaya penguasaan lahan untuk kepentingan
berkebun kelapa sawit bermula sejak awal tahun 1990, dan mengalami puncak
peningkatan pada tahun 2004. Fenomena ini berlangsung awalnya disebabkan oleh
hadirnya program pengembangan perkebunan kelapa sawit yang dicanangkan oleh
pemerintah, dan kemudian terus berlangsung disebabkan nilai ekonomi kelapa sawit
yang begitu tinggi, sementara nilai ekonomi getah karet yang cenderung mengalami
penurunan.
Saat ini, fenomena kompetisi tenurial masih terus berlangsung di antara
kelompok warga desa. Keadaan yang terus berlangsung ini akan memicu potensi
konflik di antara kelompok warga. Hal ini disebabkan jumlah pemilikan properti atas
lahan yang cenderung didominasi oleh kelompok warga transmigran Jawa dan juga
kelompok warga pendatang lainnya, akan dapat menimbulkan kecemburuan pada
kelompok warga asli di desa. | en_US |