Show simple item record

dc.contributor.advisorTaufan, Ahmad
dc.contributor.authorSagala, Abed N
dc.date.accessioned2022-11-16T06:20:44Z
dc.date.available2022-11-16T06:20:44Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/60858
dc.description.abstractSkripsi ini membahas mengenai bagaimana sebenarnya hubungan eksekutif dan legislatif pasca refomasi. Melihat sejarah Indonesia kedua lembaga ini mengalami dinamika yang cukup menarik. Jika masa orde baru hubungan keduanya relatif sejalan maka sejak masa reformasi berdampak terhadap ketidakharmonisan hal ini banyak disebabkan oleh beberarapa faktor. Salah satu problema yang terjadi sejak reformasi adalah kombinasi sistem Presidensial dan sistem Multipartai yang mengakibatkan terfragmennya kekuataan politik di Indonesia. Oleh karenanya pemerintahan yang memenangkan pemilu tidak akan meraih dukungan suara yang mayoritas di DPR. Akibatnya pemerintahan yang dihasilkan tidak akan berjalan dengan efektif karena akan selalu mendapat intervensi dari DPR. Selain pemerintahan koalisi sebagaimana ditunjuk sebagai jalan keluar ini ternyata masih menyisahkan permasalahan hubungan legislative dan eksekutif. Di sisi lain adanya amandemen UUD 1945 telah berdampak kepada pola hubungan antara legislatif dan eksekutif. Desain konstitusi yang semula ingin menyeimbangkan kekuasaaan eksekutif-legiaslatif akhirnya terperangkap pada situasi kekuasaaan yang sarat dengan DPR. Empat kali amandemen 1945 tidak hanya memperkuat DPR secara kelembagaan melainkan memperkuat posisi politik dan otoritas DPR sehingga melambangkan hegemoni DPR terhadap pemerintah. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif pada pemetaan kekuataan politik di Indonesia pada pemilu 2004 dan 2009 serta hak angket dan hak interpelasi DPR kepada kebijakan pemerintah pada pemerintahan SBY- JK. Hal ini kemudian menghasilkan konstruksi yang menarik. Hal ini dikarenakan ternyata koalisi yang dibangun dalam sistem presidensial kurang menjamin komitmen partai dalam berkoalisi sehingga pemerintah rentan mendapat intervensi dari DPR termasuk dari partai koalisinya sendiri.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectPresidensialen_US
dc.subjectEksekutifen_US
dc.subjectLegislatifen_US
dc.subjectMultipartaien_US
dc.subjectAmandemen UUD 1945en_US
dc.titleHubungan Legislatif dan Eksekutif Pasca Reformasien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM070906054
dc.identifier.nidnNIDN0029066503
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI67201#Ilmu Politik
dc.description.pages106 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record