Show simple item record

dc.contributor.advisorFikarwin
dc.contributor.authorK, Febry Eva Lovina S
dc.date.accessioned2022-11-17T03:05:19Z
dc.date.available2022-11-17T03:05:19Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/61165
dc.description.abstractLesbian adalah suatu istilah bagi perempuan yang mengarahkan pilihan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan baik secara seks maupun jender. Isu seksualitas perempuan, khususnya lesbian, selama ini masih terpinggirkan baik dalam bidang akademik maupun politik. Hal ini dilakukan berlandaskan oleh agama, budaya, norma sosial, konsensus masyarakat atau kelaziman masyarakat patriarkal yang tidak memperhitungkan dan mendengar suara perempuan. Peminggiran tersebut juga disebabkan oleh akses informasi didominasi oleh peneliti laki-laki, dimana mereka sendiri enggan atau bahkan tidak mampu untuk menggali informasi atas praktek-praktek seksual yang dilakukan oleh perempuan, serta sikap ketidakpedulian mereka terhadap keragaman seksual. Akan tetapi, melihat kenyataan bahwa lesbian merupakan pihak yang mengalami diskriminasi berlapis, maka penelitian ini sangat mendesak untuk dilakukan melalui metode keilmuan antropologi. Penulis juga menemukan bahwa pada abad ke-6 SM, terdapat catatan sejarah mengenai penyair wanita Sappho, yang mengepalai sekolah gadis di Mytilene di Pulau Lesbos. Nama pulau inilah yang kemudian pada zaman sekarang digunakan untuk menyebut homoseks perempuan. Ini merupakan satu satunya catatan sejarah mengenai praktek lesbian yang berhasil didokumentasikan dalam kajian-kajian sejarah seksualitas perempuan. Perkembangan serta dinamika pergerakan lesbian baik di internasional, nasional hingga lokal pun disuguhkan secara lengkap oleh penulis dalam penelitian ini. Selain itu, penulis juga menyuguhkan kompleksitas kehidupan lesbian, mulai dari masalah-masalah yang kerap mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari hingga strategi yang mereka gunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Di Kota Medan, penulis menemukan beberapa istilah yang digunakan oleh informan untuk mendefenisikan dirinya terkait seksualitasnya, yaitu lesbian, lines dan belok atau koleb. Lines dan belok/koleb adalah istilah yang digunakan informan untuk menyamarkan istilah lesbian, yang dinilai lebih beresiko jika digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Istilah-istilah yang muncul dan kemudian mereka gunakan untuk mendefenisikan diri mereka merupakan subjektivitas yang tidak muncul begitu saja. Subjektivitas ini muncul akibat sistem patriarki yang sudah sejak lama melekat dalam budaya masyarakat Indonesia pada khususnya, yang kemudian mendorong semakin kuatnya heteroseksisme dan homophobia, bahkan di kalangan lesbian itu sendiri. Oleh karena itu, dunia lesbian adalah sebuah dunia yang kerumitannya sangatlah kompleks.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectSeksualitasen_US
dc.subjectLesbianen_US
dc.subjectKonsep Diri Lesbianen_US
dc.subjectHeteroseksismeen_US
dc.subjectHomophobiaen_US
dc.titleKonsep Diri Lesbian (Sebuah Etnografi Mengenai Lesbian di Kota Medan)en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM080905020
dc.identifier.nidnNIDN0020126108
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI82201#Antropologi Sosial
dc.description.pages125 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record