dc.description.abstract | Lesbian adalah suatu istilah bagi perempuan yang mengarahkan pilihan
orientasi seksualnya kepada sesama perempuan baik secara seks maupun jender.
Isu seksualitas perempuan, khususnya lesbian, selama ini masih terpinggirkan
baik dalam bidang akademik maupun politik. Hal ini dilakukan berlandaskan oleh
agama, budaya, norma sosial, konsensus masyarakat atau kelaziman masyarakat
patriarkal yang tidak memperhitungkan dan mendengar suara perempuan.
Peminggiran tersebut juga disebabkan oleh akses informasi didominasi oleh
peneliti laki-laki, dimana mereka sendiri enggan atau bahkan tidak mampu untuk
menggali informasi atas praktek-praktek seksual yang dilakukan oleh perempuan,
serta sikap ketidakpedulian mereka terhadap keragaman seksual. Akan tetapi,
melihat kenyataan bahwa lesbian merupakan pihak yang mengalami diskriminasi
berlapis, maka penelitian ini sangat mendesak untuk dilakukan melalui metode
keilmuan antropologi.
Penulis juga menemukan bahwa pada abad ke-6 SM, terdapat catatan
sejarah mengenai penyair wanita Sappho, yang mengepalai sekolah gadis di
Mytilene di Pulau Lesbos. Nama pulau inilah yang kemudian pada zaman
sekarang digunakan untuk menyebut homoseks perempuan. Ini merupakan satu satunya catatan sejarah mengenai praktek lesbian yang berhasil didokumentasikan
dalam kajian-kajian sejarah seksualitas perempuan. Perkembangan serta dinamika
pergerakan lesbian baik di internasional, nasional hingga lokal pun disuguhkan
secara lengkap oleh penulis dalam penelitian ini. Selain itu, penulis juga
menyuguhkan kompleksitas kehidupan lesbian, mulai dari masalah-masalah yang
kerap mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari hingga strategi yang mereka
gunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Di Kota Medan, penulis menemukan beberapa istilah yang digunakan oleh
informan untuk mendefenisikan dirinya terkait seksualitasnya, yaitu lesbian, lines
dan belok atau koleb. Lines dan belok/koleb adalah istilah yang digunakan
informan untuk menyamarkan istilah lesbian, yang dinilai lebih beresiko jika
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Istilah-istilah yang muncul dan kemudian
mereka gunakan untuk mendefenisikan diri mereka merupakan subjektivitas yang
tidak muncul begitu saja. Subjektivitas ini muncul akibat sistem patriarki yang
sudah sejak lama melekat dalam budaya masyarakat Indonesia pada khususnya,
yang kemudian mendorong semakin kuatnya heteroseksisme dan homophobia,
bahkan di kalangan lesbian itu sendiri. Oleh karena itu, dunia lesbian adalah
sebuah dunia yang kerumitannya sangatlah kompleks. | en_US |