dc.description.abstract | Kegiatan suluk yang berbasis kegiatan ritual sekarang ini telah
berkembang menjadi kegiatan yang dapat berguna untuk menyusun kehidupan
individu, tidak saja dalam bentuk pribadi tetapi juga dalam bentuk perilaku sosial.
Desa Besilam yang dikenal sebagai pusat kegiatan tarekat Naqsabandiyah
memberikan gambaran mengenai kegiatan tarekat dan kaitannya dengan
perkembangan individu yang menjadi pesertanya. Bentuk-bentuk kegiatan dalam
suluk turut membentuk karakter seorang individu, dari proses mengingat
penciptaNya hingga pada proses berinteraksi dalam kehidupan, hal inilah yang
pada akhirnya dapat memberikan pandangan mengenai kegiatan suluk.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
observasi (partisipasi dan non-partisipasi) tergantung pada kondisi dan situasi di
lapangan penelitian, metode wawancara mendalam juga dipergunakan untuk
memperkuat keterangan informan atas penulisan ini. Kepala Desa sebagai
informan pangkal dalam penelitian ini dan juga seorang Khalifah atau pemimpin
tarekat serta mursyid atau guru. Informan kunci adalah peserta yang mengikuti
kegiatan suluk sedangkan informan biasa adalah pihak-pihak yang terkait secara
tidak langsung dengan kegiatan suluk di daerah tersebut, seperti : masyarakat,
tokoh masyarakat dan individu yang mengerti akan kegiatan suluk di Desa
Besilam.
Hasil penelitian ini memberi suatu gambaran mengenai kegiatan suluk
beserta dengan kelengkapan dalam menjalaninya, yang mencakup adab, aturan
dan hal lain yang terkait kegiatan suluk seperti : wudhu, dzikir dan sholat serta
sosok individu yang mengikuti suluk dari awal ketertarikannya terhadap suluk
hingga pada hasil yang diperolehnya setelah mengikuti kegiatan suluk, hal ini
dilihat dari sudut pandang antropologi psikologi sehingga hasil yang didapatkan
merupakan hasil olah kerja antara ritual, religi dan psikologi. | en_US |