Show simple item record

dc.contributor.advisorSimanjuntak, Junjungan Saut Bonar Pangihutan
dc.contributor.authorWinarno, Dicky Sapto
dc.date.accessioned2022-11-17T06:03:29Z
dc.date.available2022-11-17T06:03:29Z
dc.date.issued2007
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/61418
dc.description.abstractSaksi Yehuwa sudah cukup lama memperjuangkan jumlah anggota mereka. Di Indonesia sendiri, pada Bulan Juli 1964 Saksi Yehuwa didaftarkan pada Departemen Kehakiman. Dan pada Bulan Mei 1968, Saksi Yehuwa secara resmi diterima oleh Departemen Agama dan diperbolehkan beroperasi secara resmi. Namun, karena perilaku mereka yang menimbulkan keresahan dikalangan umat beragama dan melakukan antitesa terhadap aspek pemerintahan, pada tahun 1976 melalui SK Jaksa Agung Indonesia, kegiatan Saksi Yehuwa resmi dilarang. Prakteknya, Saksi Yehuwa sekalipun secara resmi dilarang kala itu, kegiatan mereka berjalan terus melalui pendekatan pribadi dengan kunjungan ke rumah – rumah. Kemudian, memasuki era reformasi dan keterbukaan sekarang, dapat dimaklumi kalau larangan demikian menjadi kurang efektif. Kemudian, melalui SK Jaksa Agung Indonesia pula, pada Bulan Juni 2001 kegiatan Saksi Yehuwa sudah diizinkan kembali di Indonesia. Atas dasar itulah, akhirnya peneliti mencoba untuk mengangkat topik permasalahan mengenai Saksi Yehuwa dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pola penyebaran yang dijalankan oleh Saksi – Saksi Yehuwa dalam upaya merekrut anggota yang baru serta mengetahui tentang keberadaan aliran atau bidat dalam Agama Kristen Protestan. Jenis penelitian yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case study) tipe deskriptif. Pendekatan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara terperinci suatu fenomena sosial, misalnya interaksi sosial, sistem kekerabatan dan lain – lain. Dalam hal ini pola penyebaran Saksi Yehuwa dapat digambarkan melalui pendekatan deskriptif. Dalam pendekatan deskriptif juga mengandung pekerjaan mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi – kondisi yang terjadi. Dengan kata lain, pendekatan deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi – informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel – variabel yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari studi lapangan (wawancara dan observasi) serta studi kepustakaan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada 7 langkah indoktrinasi sebagai strategi/pola penyebaran yang dijalankan oleh Saksi – Saksi Yehuwa sebagai upaya untuk merekrut anggota yang baru. Ketujuh indoktrinasi tersebut diawali dengan menjual bahan cetakan, kunjungan kembali kepada pembeli, pelajaran di rumah, pelajaran sedaerah, undangan ke Balai Kerajaan, calon diutus sebagai penjual, calon dibaptiskan ke dalam Teokrasi dan berhak menyandang nama Saksi Yehuwa. Keberadaan aliran atau bidat saat ini memang tidak bisa ditolak kehadirannya dalam Agama Kristen, mengingat adanya pemahaman yang berbeda terhadap Alkitab. Di samping itu, bukan masanya lagi kalau umat Kristen menolak kehadiran Saksi Yehuwa secara resmi karena itu melanggar Hak Azasi Manusia (HAM).en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.titleAliran atau Bidat dalam Agama Kristen Protestan (Studi Kasus : Komunitas Saksi Yehuwa di Kota Medan)en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM030901020
dc.identifier.nidnNIDN0014066004
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI69201#Sosiologi
dc.description.pages126 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record