dc.description.abstract | Kehidupan kota yang semakin hari semakin kompleks, mobilitas yang tinggi,
sifat manusia yang lebih individual dan sarat dengan hubungan sosial yang rendah.
Namun masih bisa dilihat eksisnya beberapa kelompok sosial yang salah satunya
adalah Serikat Tolong Menolong (STM). Hakikat manusia disatu sisi adalah sebagai
individu dan disisi lain merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain
untuk dapat berinteraksi dengan sesama, melakukan kegiatan – kegiatan bersama
dalam berbagai kelompok atau organisasi sebagai upaya meningkatkan kualitas ikatan
sosial. Adanya rasa percaya merupakan dasar keinginan sesama suku Batak yang
bergama Kristen yang berada pada wilayah tempat tinggal yang sama membentuk
STM sebagai wadah meciptakan jaringan sosial dengan besosialisasi dan saling
membantu. Intensitas pertemuan dan interaksi yang semakin erat dalam jangka waktu
yang lama akan memperkuat ikatan kekerabatan diantara anggota. Dari sini akan
memunculkan nilai-nilai dan norma yang mengatur hak dan kwajiban anggota serta
sebagai pedoman berjalannya organisasi STM yang merupakan salah satu potensi
modal sosial.
Jenis penelitian adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case
study) yang bersifat deskriftif karena mengacu pada objek studi yang diamati situasi
dan perilakunya. Dalam hal ini, data dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data
berupa wawancara mendalam, pengamatan tidak berstruktur, didukung dengan
pencatatan dokumen yang berasal dari jurnal dan surat kabar. Studi kasus adalah jenis
penelitian yang dilakukan secara mendalam. Penelitian ini dilakukan pada STM Dos
Roha yang lokasinya berada di Kelurahan Tanjung Sari Lingkungan Pasar II. Adapun
yang menjadi Informan penelitian ini terdiri atas informan kunci yakni: para
pengurus STM dan informan tambahan yakni: anggota STM.
Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kehidupan
masyarakat perkotaan semakin kompleks, namun warga yang bertempat tinggal
dilingkungan pasar II khususnya sesama suku batak dan beragama Kristen memiliki
hubungan sosial yang erat. Hal ini dapat dilihat dari elemen-elmen modal sosial yaitu
kepercayaan, jaringan serta nilai dan norma bekerja dengan baik. Hal ini didasari
keinginan bersama untuk saling tolong-menolong serta adanya ikatan sosial yang erat
dikarenakan pengaruh dari nilai-nilai budaya Batak yang kuat kepada anggota STM.
Kepercayaan tidak muncul begitu saja tapi melalui interaksi dalam waktu yang lama
serta kuatnya jaringan kekerabatan marga pada suku batak. Selain itu aturan-aturan
yang disepakti bersama dalam bentuk ADART memperkuat modal sosial pada STM.
Dasar kesamaan suku dan agama, kegiatan-kegiatan yang hanya berorientasi pada
kepentingan kelompok membuat STM termasuk dalam tipologi modal sosial terikat
(Bonding Social Capital) yang cenderung bersifat eksklusif. Dengan bekerjanya
elemen-elemen modal sosial dengan baik pada STM membuat STM ini dapat
bertahan lama dan mampu mewujudkan tujuan bersama, serta menjalankan fungsinya
sebagai sebuah organisasi. | en_US |