Show simple item record

dc.contributor.authorHutagalung, Mona
dc.date.accessioned2022-11-18T06:37:10Z
dc.date.available2022-11-18T06:37:10Z
dc.date.issued2007
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/61656
dc.description.abstractKehidupan kota yang semakin hari semakin kompleks, mobilitas yang tinggi, sifat manusia yang lebih individual dan sarat dengan hubungan sosial yang rendah. Namun masih bisa dilihat eksisnya beberapa kelompok sosial yang salah satunya adalah Serikat Tolong Menolong (STM). Hakikat manusia disatu sisi adalah sebagai individu dan disisi lain merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk dapat berinteraksi dengan sesama, melakukan kegiatan – kegiatan bersama dalam berbagai kelompok atau organisasi sebagai upaya meningkatkan kualitas ikatan sosial. Adanya rasa percaya merupakan dasar keinginan sesama suku Batak yang bergama Kristen yang berada pada wilayah tempat tinggal yang sama membentuk STM sebagai wadah meciptakan jaringan sosial dengan besosialisasi dan saling membantu. Intensitas pertemuan dan interaksi yang semakin erat dalam jangka waktu yang lama akan memperkuat ikatan kekerabatan diantara anggota. Dari sini akan memunculkan nilai-nilai dan norma yang mengatur hak dan kwajiban anggota serta sebagai pedoman berjalannya organisasi STM yang merupakan salah satu potensi modal sosial. Jenis penelitian adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case study) yang bersifat deskriftif karena mengacu pada objek studi yang diamati situasi dan perilakunya. Dalam hal ini, data dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, pengamatan tidak berstruktur, didukung dengan pencatatan dokumen yang berasal dari jurnal dan surat kabar. Studi kasus adalah jenis penelitian yang dilakukan secara mendalam. Penelitian ini dilakukan pada STM Dos Roha yang lokasinya berada di Kelurahan Tanjung Sari Lingkungan Pasar II. Adapun yang menjadi Informan penelitian ini terdiri atas informan kunci yakni: para pengurus STM dan informan tambahan yakni: anggota STM. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kehidupan masyarakat perkotaan semakin kompleks, namun warga yang bertempat tinggal dilingkungan pasar II khususnya sesama suku batak dan beragama Kristen memiliki hubungan sosial yang erat. Hal ini dapat dilihat dari elemen-elmen modal sosial yaitu kepercayaan, jaringan serta nilai dan norma bekerja dengan baik. Hal ini didasari keinginan bersama untuk saling tolong-menolong serta adanya ikatan sosial yang erat dikarenakan pengaruh dari nilai-nilai budaya Batak yang kuat kepada anggota STM. Kepercayaan tidak muncul begitu saja tapi melalui interaksi dalam waktu yang lama serta kuatnya jaringan kekerabatan marga pada suku batak. Selain itu aturan-aturan yang disepakti bersama dalam bentuk ADART memperkuat modal sosial pada STM. Dasar kesamaan suku dan agama, kegiatan-kegiatan yang hanya berorientasi pada kepentingan kelompok membuat STM termasuk dalam tipologi modal sosial terikat (Bonding Social Capital) yang cenderung bersifat eksklusif. Dengan bekerjanya elemen-elemen modal sosial dengan baik pada STM membuat STM ini dapat bertahan lama dan mampu mewujudkan tujuan bersama, serta menjalankan fungsinya sebagai sebuah organisasi.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.titleModal Sosial Pada Serikat Tolong-Menolong (STM) (Studi Kasus pada STM Dos Roha Lingkungan Pasar II Tanjung Sari Medan)en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM020901042
dc.identifier.kodeprodikodeprodi:KODEPRODI63201#Ilmu Adminitrasi Publik
dc.description.pages101 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record