dc.description.abstract | Tulisan ini membahas tentang kearifan lokal dalam pengelolaan padi
sawah di Nagari Kamang Hilir. Penelitian ini melihat kearifan lokal yang masih
dipertahankan dan tidak dipertahankan lagi oleh petani dalam pengelolaan padi
sawah. Selanjutnya penelitian ini juga melihat kepercayaan yang dianggap tabu
oleh petani dalam pengelolaan padi sawah di Nagari Kamang Hilia.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk kualitatif
dengan pendekatan kognitif dengan sistem pengklasifikasian (folk taxonomi)
secara emic view. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan teknik
observasi partisipasi, dimana peneliti mengikuti segala kegiatan petani di sawah
untuk mengamati kearifan lokal dan kepercayaan petani ketika mengelola padi
sawah di Nagari Kamang Hilia. Wawancara dilakukan kepada petani di Nagari
Kamang Hilia khususnya kepada informan kunci mengenai kearifan lokal yang
masih dipertahankan, kearifan lokal yang tidak dipertahankan lagi, dan berbagai
kepercayaan yang ada dalam pengelolaan padi sawah. Dalam menentukan
informan kunci, peneliti memilih petani yang telah lama dan mengetahui
bagaimana petani di Nagari Kamang Hilia mengelolaa padi sawah dari dahulunya
hingga sekarang. Ketika memilih petani yang memenuhi kriteria sebagai informan
kunci, peneliti banyak dibantu dan diarahkan oleh petani yang ada di Nagari
Kamang Hilia. Petani memberitahukan siapa saja petani yang telah lama
mengelola padi sawah dan mengetahui makna yang terkandung dalam
kepercayaan-kepercayaan yang ada dalam pengelolaan padi sawah. Kemudian
peneliti juga menggunakan studi literatur dalam melengkapi data skunder. Data
yang terkumpul kemudian dianalisis secara emic view serta
mengklasifikasikannya sesuai dengan permasalahan penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, dalam pengelolaan padi sawah di
Nagari Kamang Hilia terdapat beberapa kearifan lokal yang masih dipertahankan
berupa; sawah pusako, manggadaian sawah, sawah basaduoaan, irigasi tali
banda, dan tanam sarantak. Namun, terdapat pula kearifan lokal yang tidak
dipertahankan lagi oleh petani di Nagari Kamang Hilia berupa bajulo-julo dalam
pengelolaan padi sawah. Selanjutnya terdapat kepercayaan mengenai hal-hal yang
dianggap tabu oleh petani dalam mengelola padi sawah, yaitu sati. Kepercayaan
mengenai sati dikaitkan petani kepada pantangan-pantangan berupa; tampek nan
sati, padusi kumuah, dan makan di dapua. Untuk sekarang ini, kepercayaan
mengenai sati telah mengalami perubahan makna dalam pertanian padi sawah di
Nagari Kamang Hilia. | en_US |