Show simple item record

dc.contributor.advisorIrfan
dc.contributor.authorNadapdap, Tety Irawati
dc.date.accessioned2022-11-18T07:48:00Z
dc.date.available2022-11-18T07:48:00Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/61816
dc.description.abstractParmalim merupakan sebuah kepercayaan tua yang ada pada masyarakat Batak yang masih diyakini sampai saat ini, Parmalim sudah tidak begitu menguat ketika agama modern masuk ke Tanah Batak oleh Misionaris dari Eropa. Munculnya aliran kepercayaan di Indonesia yang diantaranya sudah disahkan oleh negara memberikan motifikasi tersendiri bagi Parmalim untuk diakui secara sah. Adapun yang menjadi alasan saya untuk melakukan penelitian ini yaitu saya ingin melihat bagaimana kepercayaan Parmalim membangun kepercayaan mereka hingga bisa bertahan dan berkembang sampai saat ini dimana para pengikutnya telah menyebar ke berbagai daerah dan berbaur dengan pengikut agama lain, tetapi pada saat pelaksanaan ritual kepercayaan mereka yaitu upacara Sipaha Lima yang dilakukan di pusat kepercayaan Parmalim, mereka dapat berkumpul dan bersatu di dalam pelaksanaan upacara tersebut. Penelitian ini dilakukan di Desa Pardomuan Nauli Hutatinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir khususnya Huta Parmalim yang merupakan perkampungan kecil yang ada di dalam Desa Pardomuan Nauli Hutatinggi dan hanya di huni oleh umat Parmalim saja. Daerah ini merupakan tempat tinggal dari Raja Mulia Naipospos yang dipilih oleh Raja Sisingamaraja untuk meneruskan ajaran Parmalim, saat ini Huta Parmalim atau yang lebih sering disebut dengan Hutatinggi menjadi pusat dari kepercayaan Parmalim yang ada di seluruh tanah air. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menggambarkan kepercayaan Parmalim yang semakin berkembang di tengah-tengah agama lain yang telah di akui oleh negara, tetapi para pengikut kepercayaan ini mampu membangun kepercayaan mereka hingga dapat bertahan sampai saat ini meskipun kepercayaan aini hanya diakui oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata saja serta untuk menambah kepustakaan tentang agama khususnya di bidang Antropologi Religi.. Cara hidup pengikut parmalim yang berbeda dari kelompok etnik lainnya seperti mentaati aturan agama, bersatu dengan alam, dan memelihara alam dengan akal dan pikiran membuat cara hidup pengikut Parmalim ini menjadi berbeda dengan masyarakat lain di luar pengikut Parmalim. Manusia harus mensatukan dirinya sendiri. Dia adalah multikompleks. Pada kebhinnekaan itu ada macam macam tendensi. Dia harus membangun semuanya itu, sehingga menjadi kesatuan, keseluruhan, keutuhan, sehingga dia betul-betul menjadi diri sendiri. Awalnya Ugamo Malim masih dianggap sebagai aliran kepercayaan yang menyembah berhala atau sipelebegu karena kepercayaan ini tidak sesuai dengan ajaran agama yang dibawa oleh Dr. IL. Nomensen ke tanah batak, kemudian kepercayaan ini mulai disebut sebagai Ugamo Malim karena pengikutnya dituntut untuk hidup suci dan jadi teladan bagi masyarakat, tetapi pengikutnya belum disebut sebagai Parmalim. Kepercayaan Parmalim memiliki dua upacara keagamaan yang di rayakan menurut kalender Batak yaitu Upacara Sipaha Sada dan Upacara Sipaha Lima, dimana kedua Upacara ini merupakan hal yang sangat penting dan wajib di hadiri oleh seluruh pengikut Ugamo malim dan dilaksanakan di Huta Parmalim Hutatinggi. Dalam perayaan kedua Upacara ini seluruh pengikut Ugamo yang berasal dari berbagai daerah hadir dan turut merayakannya bersama pengikut Ugamo lainnya yang ada di tanah Batak. Sehingga kesatuan dan kebersamaan diantara sesama pengikut aliran kepercayaan ini tampak sangat jelas, hal inilah yang membuat mereka menjadi kuat dan bisa tetap bertahan sampai saat ini. Salah satu Upacara keagamaan dalam kepercayaan Parmalim yaitu Upacara Sipaha Lima, Upacara ini merupakan Upacara yang dilakukan pada bulan kelima pada kalender batak dan sebagai ungkapan rasa Syukur pengikut Ugamo Malim atas segala rejeki yang telah diberikan oleh Debata Mulajadi Nabolon kepada seluruh pengikut Ugamo Malim di sepanjang Tahun, sebelum dilakukan upacara Sipaha Lima yang akan diikuti oleh seluruh Umat Parmalim maka rejeki yang telah diperoleh terlebih dahulu di doakan di rumah masing-masing ruas, lalu beberapa hari kemudian dilakukan Upacara Sipaha Lima.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.titleKontruksi Upacara Sipaha Lima Dalam Kepercayaan Parmalim ( Studi Deskriptif Mengenai Kepercayaan Parmalim Di Desa Pardomuan Nauli Hutatinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir )en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM040905016
dc.identifier.nidnNIND0004116405
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI82201#Antropologi Sosial
dc.description.pages129 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record