dc.description.abstract | Masyarakat Indonesia khususnya Sumatera Utara masih bergelut dengan
kemiskinan, seperti yang dicatat oleh Bank Dunia bahwa jumlah kemiskinan di
Indonesia mencapai 108,78, sementara di Sumut menurut catatan Dinas Kesos Sumut
1.480.877 jiwa belum lagi PMKS di Sumut yang mencapai 2.458.803 jiwa. Hal ini
sangat berbanding terbalik dengan besarnya jumlah investasi asing di Indonesia. di
Sumatera Utara misalnya, pada triwulan I tahun 2010 saja ada empat proyek dengan
nilai investasi USD- 47,365 juta. Periode yang sama pada 2009, BPMP mengeluarkan
50 Surat Pemberitahuan (SP) baru untuk 50 proyek PMA dengan nilai USD-396,73
juta. Berarti bahwa investasi yang besar belum berbanding lurus dengan kesejahteraan
masyarakat. Mengingat kondisi ini, perusahaan memiliki tanggungjawab terhadap
peningatan sosial ekonomi masyarakat dengan menyelenggarakan CSR yang
profesional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program CSR PT INALUM
dan pengaruhnya terhadap sosial ekonomi kelompok nelayan Desa Gambus Laut.
Metode penelitian menggunakan tipe eksplanasi yang menguji hubungan
antar dua variabel yang dihipotesiskan. Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di
Departemen Humas PT INALUM dan Kelompok Nelayan di Desa Gambus Laut yang
berjumlah 34 orang. Teknik pengumpulan data melalui angket kepada nelayan,
observasi dan wawancara langsung kepada IPR, nelayan dan instansi lain yang bisa
memperkuat data penelitian ini. Sedangkan Metode analisis yang digunakan adalah
Deskriptif, datanya ditabulasikan kedalam tabel frekuensi selanjutnya dianalisa, dan
metode statistik yang mengolah data kuantitatif melalui uji t.
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisis dapat
disimpulkan bahwa Program CSR PT INALUM dilakukan dengan mengadopsi pola
campuran, yaitu antara pola keterlibatan langsung dan kemitraan. PT INALUM tidak
menetapkan besaran TSP berdasarkan persentase dari keuntungan. Telah terjadi
peningkatan penghasilan beberapa orang nelayan, berdasarkan uji t dengan dk = 33,
dengan nilai kritis 0,05 = 2,03452 dan 0,01 = 2,73328 dan nilai t -4,6447, sehingga Ha
diterima. Selain itu telah terjadi pengurangan biaya operasional nelayan, berdasarkan
uji t dengan nilai 3,8938, sehingga Ha diterima. Walupun Ha diterima, namun
nelayan menganggap rumpon yang dibangun tidak proporsional dengan jumlah
nelayan dan panjang garis pantai. Selain itu proses pemberdayaan mengabaikan faktor
internal yang menghambat nelayan berkembang yaitu “boros’ tidak berorientasi masa
depan Sehingga kemampuan berobat, sekolah, pemukiman, sandang masih buruk | en_US |