Metode Penanaman Secara Langsung di Lapangan pada Program Rehabilitasi Lahan

View/ Open
Date
2009Author
Tampubolon, Roy Mangapul
Advisor(s)
Utomo, Budi
Delvian, Delvian
Metadata
Show full item recordAbstract
Pulau Samosir merupakan suatu kawasan yang terletak di tengah-tengah Daerah Tangkapan Air Danau Toba. Pulau Samosir memiliki topografi yang sebagian besar merupakan perbukitan, pegunungan dan daerah-daerah bergelombang. Dan pulau Samosir ini memiliki jenis tanah yang rawan terhadap erosi. Dari kondisi umum pulau Samosir tersebut diprediksi bahwa di pulau ini terjadi erosi yang cukup tinggi.
Samosir ini memiliki jenis tanah yang rawan terhadap erosi. Dari kondisi umum pulau Samosir tersebut diprediksi bahwa di pulau ini terjadi erosi yang cukup tinggi.
Pengelolaan vegetasi, khususnya vegetasi hutan dapat mempengaruhi waktu dan penyebaran aliran air. Beberapa pengelola DAS beranggapan bahwa hutan dipandang sebagai pengatur aliran air (steamflow regulator), artinya bahwa hutan dapat menyimpan air selama musim hujan dan melepasnya pada musim kemarau (Asdak,2002).
Reboisasi dan penghijauan yang dilakukan melalui penanaman dengan
menggunakan jenis tanaman yang sesuai dengan fungsi hutan, lahan, dan agroklimat setempat diharapkan akan memberikan manfaat ekonomi, ekologi, dan sosial yang seimbang. Terlaksananya pembuatan tanaman reboiasasi dan hutan rakyat diharapkan mampu memulihkan fungsi hutan sebagai pelindung sistem penyangga kehidupan, pelestarian plasma nutfah, pengatur tata air, yang selanjutnya dapat mendukung
kelestarian produksi dan kualitas sumber daya hutan, perbaikan iklim mikro dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Sumarwoto, 1992).
Rendahnya keberhasilan rehabilitasi hutan dan lahan yang disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain; (a) metode pendekatan yang kurang tepat, pendekatan
pemecahan masalah selama ini baru pada faktor fisik dan tidak banyak memberikan
perhatian pada faktor sosial ekonomi yang justru lebih berperan dalam perusakan hutan
dan lahan, (b) sistem pengelolaan rehabilitasi hutan dan lahan yang selama ini dilakukan
belum berorientasi pada keberhasilan tumbuh di lapangan dan belum diarahkan pada
tujuan tertentu, (c) partisipasi masyarakat rendah karena kurangnya pemberdayaan
dalam upaya rehabilitasi hutan dan lahan yang dilakukan (Warta Gerhan, 2006).
Topografi yang curam akan turut mempersulit pelaksanaan rehabilitasi di
lapangan. Demikian halnya di pulau Samosir, kondisi topografi yang curam 27
memperkecil keberhasilan pelaksanaan rehabilitasi. Hal ini disebabkan adanya kesulitan
dalam penggangkutan dan penanaman bibit di lapangan.
Program RHL harus bersifat inovatif, kreatif dan disesuaikan dengan
karakteristik ekologi maupun sistem sosial budaya masyarakat dengan mengadopsi
konsep evolusi program menuju kesempurnaan. Program RHL merupakan program para
pihak yang dilandasi oleh kesadaran bersama akan budaya pohon melalui kegiatan
rehabilitasi lingkungan hutan.
Hal inilah yang mendasari penulis melakukan penelitian, untuk mengkaji lebih
dalam teknik penanaman yang lebih tepat, kreatif dan inovatif dalam melakukan RHL
sehingga pelaksanaan RHL lebih efektif dalam hal penanaman baik ditinjau dari segi
waktu, tenaga kerja, keberhasilannya dan dari segi biaya.
Collections
- Undergraduate Theses [2162]
