dc.description.abstract | Karya sastra merupakan suatu hasil karya manusia yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai keindahan. Melalui karya sastra seorang pengarang dapat menyampaikan pesan kepada pembaca. Novel mampu menampilkan masalah sosiologis yang dialami seorang tokoh dan pengaruhnya terhadap kehidupannya. Salah satu karya sastra yang mengangkut masalah sosiologis adalah novel “Hiduplah Anakku Ibu Mendampingimu” karya Michiyo Inoue. Novel ini merupakan kisah nyata dari kehidupan tokoh utama yaitu Michiyo yang berjuang untuk mengasuh anaknya yang berkelainan penglihatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan masalah sosiologis yang dialami tokoh utama dan mendeskripsikan pola asuh dalam mendidik seorang anak berkelainan penglihatan.
Dalam skripsi ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu dengan cara mendeskripsikan untuk menemukan unsur-unsurnya, kemudian dianalisis untuk memberikan penjelasan dari topik yang diteliti. Untuk menganalisis novel, digunakan teori sosiologi sastra yang bertolak bahwa karya sastra adalah cerminan masyarakat. Selain itu menggunakan teori pola asuh dalam mendidik anak berkelainan. Novel “Hiduplah Anakku Ibu Mendampingimu” merupakan novel yang mengungkapkan kehidupan seorang wanita bernama Michiyo yang lahir tanpa status pernikahan orangtuanya. Karena kehidupan yang pas-pas an, dia dititipkan ke rumah kakek dan neneknya di Fukuoka. Selama hidupnya dia tidak pernah merasakan kasih sayang dari ibunya. Ketika masih anak-anak, Michiyo dipaksa oleh neneknya untuk mengerjakan segala pekerjaan rumah tangga dan menjual telur ayam secara berkeliling desa untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Pada umur 15 tahun Michiyo lari dari rumah ibunya akibat mendapat perlakuan tidak baik dari ayah tirinya.
Pada umur 36 tahun, Michiyo menjalani hubungan dengan seorang pria tetapi dilarang oleh orangtua pria tersebut. Hingga akhirnya Michiyo hamil diluar nikah, namun pria tersebut meninggal akibat kecelakaan. Akhirnya Michiyo melahirkan anaknya ketika masih berusia 5 bulan dan kondisi prematur menyebabkan anaknya tunanetra. Akibat penderitaannya di masa kecil, akhirnya Michiyo menetapkan akan mengasuh anaknya dengan baik dan menjadikannya sejajar dengan anak normal. Pola asuh yang dilakukan Michiyo terhadap anaknya adalah akibat masalah sosiologis yang dialaminya ketika masih anak-anak hingga dewasa dan membuatnya menjadi seorang ibu yang keras dalam mendidik anak. Ada 4 pola asuh yang telah diterapkan Michiyo dan menjadi model pegangannya untuk mengasuh anaknya yang berkelainan penglihatan.
Pola Individual yaitu perlunya penerapan IEP (Individual Education Program) yang bertujuan mengetahui apa yang bisa dilakukan anak, kemampuan yang seharusnya dimiliki anak, dan cara orangtua dalam membantu anak memiliki kemampuan tersebut. Pola Kekonkretan atau pengalaman pengindraan adalah membimbing anak berkelainan untuk menggunakan komponen alat atau media, seperti huruf braille, komputer berbicara, buku bicara (Digital Talking Book), printer braille, dan lain-lain. Pola Totalitas adalah perlunya melatih anak berkelainan secara maksimal untuk terbiasa memanfaatkan indra lain yang masih berfungsi dengan baik sehingga dapat membantu indranya yang kurang. Pola Aktivitas Mandiri (Self Activity) menekankan anak untuk bekerja dan mengalami, bukan sekedar mendengar sehingga menjadikan anak memiliki jiwa yang mandiri meskipun memiliki kelainan dibandingkan dengan anak yang tidak berkelainan. | en_US |