Show simple item record

dc.contributor.advisorMunthe, Hadriana Marhaen
dc.contributor.authorPasaribu, Delpa E
dc.date.accessioned2022-11-25T07:07:43Z
dc.date.available2022-11-25T07:07:43Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/65334
dc.description.abstractPerkawinan yang ideal menjadi harapan setiap pasangan yang melangsungkan perkawinan tidak selamanya seperti yang diharapkan. Kegagalan da;am perkawinan akibat konflik rumah tangga sering diakhiri dengan perceraian. Tetapi kegagalan dalam rumah tangga tidak semua keluarga mengakhirinya dengan perceraian, tetapi keluarga tersebut mengambil keputusan sirang so sirang. Yang dimana keluarga tersebut tidak ada perkataan cerai, atau tidak ada keputusan dari kedua belah pihak yang mengatakan cerai. Tetapi sirang so sirang itu seperti pisah ranjang atau pisah dari keluarga tersebut dengan tidak berfungsinya layaknya sebuah keluarga seperti suami harus melindungi istrinya dan istri harus melayani suaminya. Dalam sirang so sirang ini fungsi keluarga itu tidak berfungsi atau tidak terjadi lagi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengambil beberapa informan yaitu 2 orang laki-laki dan 6 orang perempuan yang sekarang ini telah mengalami sirang so sirang dalam keluarganya yang berada di wilayah kota Medan. Dan 6 informan biasa yang terdiri dari penatua gereja, tokoh adat dan masyarakat biasa. Penelitian ini dilakukan hanya kepada suku Batak Toba dan beragama Kristen. Alasan menggunakan penelitian dengan metode kualitatif ini untuk memberikan keleluasaan dan kesempatan bagi peneliti untuk bisa menggali informasi secara lebih mendalam, karena kasus yang diangkat cukup sensitif. Hasil dalam penelitian ini adalah bahwa terjadinya sirang so sirang yang terjadi dikalangan Batak Toba Kristen itu adalah merupakan pilihan rasional yang dianggap merupakan solusi yang tepat dalam mengakhiri setiap permasalahan yang terus menerus yang tidak mempunyai harapan lagi untuk bisa dipertahankan. Berbagai faktor yang membuat sebuah keluarga Batak Toba Kristen memutuskan sirang so sirang dalam keluarganya diantaranya : adanya pihak ketiga dalam sebuah keluarga, adanya tindakan kekerasan yang dialami seorang istri, tidak memiliki keturunan anak (anak laki-laki), faktor ekonomi, konflik atau pertengkaran yang terus menerus. Penelitian juga terdapat yang memutuskan sirang so sirang bukan hanya perempuan saja, tetapi laki-laki atau suami juga melakukannya. Terjadinya sirang so sirang dikalangan Batak Toba Kristen itu didasari oleh faktor intern dan faktor ekstern. Dimana faktor intern (dari dalam keluarga) tersebut yaitu terjadinya konflik, perselisihan, pertengkaran yang terus menerus sehingga sulit untuk dipertahankan lagi. Sedangkan faktor ekstern (faktor dari luar) yaitu masuknya budaya Barat yang banyak diadopsi masyarakat, kurangnya bimbingan konselirng dari gereja kepada keluarga, dan terjadinya perubahan dalam masyarakat dengan masuknya budaya Barat sehingga terjadi memudarnya budaya, nilai-nilai agama, adat. Faktor dari luar ini memberi peluang kepada sebuah keluarga untuk mengambil keputusan dengan sirang so sirang.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.titleRealitas Sosial Sirang So Sirang (Pisah Tidak Pisah) (Studi Kasus Pada Suami dan Istri di Etnis Batak Toba Kristen yang Mengalami Sitang So Sirang di Kota Medan)en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM060901026
dc.identifier.nidnNIDN0026056308
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI69201#Sosiologi
dc.description.pages121en_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record