Dampak Sektor Berbasis Perkebunan Terhadap Perekonomian di Sumatera Utara
View/ Open
Date
2016Author
Hartono, Ateng
Advisor(s)
Afifuddin, Sya’ad
Rahmanta
Ruslan, Dede
Metadata
Show full item recordAbstract
ATENG HARTONO. The impack of plantation sector towards economic in North
Sumatra. Sya’ad Afifuddin as Chairman, Rahmanta and Dede Ruslan as Memberi
of Advisory Committee.
Plantation sector has an important role in north Sumatra economic growth. This
can be seen from the contribution in economic sector, employability and the high
export index. However, the growth rate of plantation during last decade was lower
than economic growth of north Sumatra. This research was aimed to find out how
the plantation sector give a contribution toward the economic, and the relationship
of plantation sector towards economic, household income and production from its
multiplier effect, structural path analisys, the gap of production and the analysis of
distinction of production. The analysis data was conducted using Social Accounting
Matrix model
Based on north Sumatra SNSE analysis in 2013, plantation sector has a significant
contribution toward the economic sector and it has a value added multiplier as well
as household income multiplier, especially in palm tree, CPO industry, vegetable oil
and rubber plantation. Impact analysis on multiplier plantation sector showed that
the medium and high income household is higher than low income household.
While based on the region, the multiplier of medium and high income household in
city is higher than rural area. Moreover, plantation sector give more multiplier
impact on the household who live in the city than in rural area. This result indicated
that there is the income and poverty gap between city and rural area. Using Theil
index formula, it can be gained the gap level of production factor analysis, the
amount is 0.48
The multiplier effect of plantation sector was distributed to the production sector,
medium and high income household who live in the city and rural area, capital, and
employment. The result of structural path analysis in plantation sector showed that
the highest global effect went to medium and high income household both in the
city and rural area. And the lowest global effect went to low income household. It
means that, if there is an injection toward the exogen balance like plantation sector,
the multiplier impact will give much influence on medium and high income
household who live in the city and rural area ATENG HARTONO.2016. Dampak Sektor Berbasis Perkebunan Terhadap
Perekonomian di Provinsi Sumatara Utara. Sya’ad Afifuddin as Chairman,
Rahmanta and Dede Ruslan as Memberi of Advisory Committee
Penelitian ini mengkaji bagaimana kontribusi sektor berbasis perkebunan terhadap
perekonomian, keterkaitan sektor perkebunan terhadap perekonomian, pendapatan
rumah tangga dan faktor produksi khusunya dilihat dari multiplier effect dan
structural path analisys (SPA) serta analisis ketimpangan balas jasa faktor
produksi. Perangkat analisis yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan Sistem
Neraca Sosisl Ekonomi (SNSE) atau Social Accounting Matrix (SAM).
Berdasarkan hasil analisis SNSE Sumatera Utara tahun 2013, sektor berbasi
perkebunan yang memberi kontribusi terhadap perekonomian dan juga memiliki
value added multiplier dan household income multiplier terutama sektor
perkebunan kelapa sawit serta industri CPO, minyak makan dan sejenisnya serta
perkebunan karet. Analisis dampak atau multiplier sektor berbasis perkebunan pada
rumah tangga berpendapatan menengah dan tinggi lebih besar dibandingkan dengan
rumah tangga pendapatan rendah dan juga rumah tangga rentan miskin. Sedangkan
berdasarkan daerahnya, multiplier rumah tangga berpendapatan menengah dan
tinggi yang berdomisili di kota lebih besar dibandingkan dengan yang berdomisili
di desa. Secara total, multiliplier sektor berbasis perkebunan terhadap pendapatan
rumah tangga di kota lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga di desa. Hal
tersebut mengisyaratkan adanya kerentanan terhadap ketimpangan pendapatan,
kerawanan kemiskinan serta juga ketimpangan perekonomian kota dan desa.
Analisis ketimpangan balas jasa faktor produksi dengan mengaplikasikan formula
Theil Indeks menghasilkan tingkat ketimpangan balas jasa faktor produksi tenaga
kerja menurut sektor ekonomi sebesar 0,48. Sedangkan ketimpangan balas jasa
faktor produksi sektor perkebunan sebesar 0,29.
Total Multiplier effect sektor berbasis perkebunan selain didistribuskan pada sektor
produksi, juga sebagian besar pada institusi rumah tangga kota berpendapatan
menengah dan tinggi, modal (capital), rumah tangga desa berpendapatan
menengah dan tinggi, tenaga kerja di bantu buruh serta tenaga kerja
buruh/karyawan/pegawai. Hasil penghitungan structural path analisys (SPA) pada
sektor berbasis perkebunan, menunjukkan bahwa global effect (GE) tertinggi
dipancarkan ke rumah tangga kota dan desa berpendapatan menengah dan tinggi.
Sedangkan GE terendah pada rumah tangga kota dan desa berpendapatan rendah.
Artinya, jika dilakukan injeksi terhadap neraca eksogen seperti investasi pada sektor
berbasis perkebunan, maka dampak (multiplier)-nya lebih dirasakan oleh rumah
tangga kota dan desa berpendapatan menengah dan tinggi.