Show simple item record

dc.contributor.advisorSudarwati, Lina
dc.contributor.authorFastawa
dc.date.accessioned2022-12-03T07:21:02Z
dc.date.available2022-12-03T07:21:02Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/69350
dc.description.abstractPada saat konflik GAM-RI petani kopi yang tinggal di Desa Kelitu sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kondisi sosial ekonomi petani kopi sangat memprihatinkan dilihat dari pendidikan, pendapatan, perumahan, sandang dan lain-lainnya. Kondisi sosial ekonomi petani kopi pada saat konflik merupakan fenomena hidup yang sangat berat untuk dijalankan dengan penghasilan yang sedikit. Karena adanya keterbatasan untuk pergi kekebun karena adanya peraturan dari aparat setempat yang pada saat konflik menjaga masyarakat dan Desa Kelitu khususnya petani kopi agar tidak terlalu sering dan berlama-lama berada di kebun. Karena akan dicurigai berkerjasama dengan pihak GAM. Maka dari itu petani kopi di Desa Kelitu harus mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari karena hasil dari kebun kopi sangat sedikit dan hasil panen berkurang karena kebun kopi tidak terawat. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi sosial ekonomi petani kopi pada saat konflik dan bagaimana kondisi sosial ekonomi petani kopi pasca konflik GAMRI. Tipe penelitian tergolong deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan menggambarkan kondisi sosial ekonomi petani kopi pasca konflik GAM-RI yang berada di Desa Kelitu. Penelitian ini dilakukan kepada 10 orang petani kopi dengan profesi pendamping dan petani kopi murni yang tinggal di Desa Kelitu. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah studi kepustakaan, wawancara, dan observasi langsung kelapangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kondisi sosial ekonomi petani kopi pasca konflik GAM-RI kondisi sosial petani dan kehidupan bermasyarakat di Desa kelitu berjalan dengan baik dan kondisi perekonomian petani kopi mulai berubah karena petani kopi sudah dapat kembali untuk mengurus kebun kopi mereka dan hasil panen dari kebun kopi asal dataran tinggi gayo jenis arabika menjadi kopi termahal di dunia mengalahkan produsen kopi terbesar di dunia. Saat menjadi petani kopi tidak lagi di pandang kecil karena pendapatan petani kopi setara dengan pegawai negri dan pedagang. Penelitian ini menyarankan agar petani kopi di Desa kelitu lebih giat untuk mengurus kebun kopi agar hasil panen semakin banyak. Dan diharapkan kepada pihak pemerintah untuk lebih mempperhatikan petani kopi murni agar hasil panen kopi mereka lebih banyak dan harga jual kopi tetap tinggi.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectPerubahanen_US
dc.subjectEkonomien_US
dc.subjectPetani Kopien_US
dc.titleKondisi Sosial Ekonomi Petani Kopi Pasca Konflik GAM-RI (Studi Deskriptif Desa Kelitu Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah)en_US
dc.identifier.nimNIM120901008
dc.identifier.nidnNIDN0018036602
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI69201#Sosiologi
dc.description.pages99 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record