Analisis Keunggulan Komparatif dan Potensi Tanaman Jeruk di Sumatera Utara
View/ Open
Date
1999Author
Bangun, Wilson
Advisor(s)
Simanjuntak, SB.
Sinulingga, Sukaria
Tarmizi, Hasan Basri
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi perluasan dan peningkatan produksi tanaman jeruk, menganalisis ada tidaknya keunggulan komparatif tanaman jeruk, potensi tanaman jeruk dalam meningkatkan pendapatan petani, potensi tanaman jeruk dalam mendorong pengembangan wilayah dan kelemahan-kelemahan produksi jeruk di Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan di Propinsi Sumatera Utara. Pengambilan sampel untuk Kabupaten ditentukan dengan cara purposive (sengaja), yaitu kabupaten-kabupaten yang mempunyai luas panen terbesar dari komoditi jeruk yaitu Kabupaten Karo, Langkat, Simalungun, Deli Serdang dan Tapanuli Selatan. Jumlah sampel diambil sebanyak 50 Responden (petani). Analisis data disesuaikan dengan kebutuhannya masing-masing. Sebagian bersifat deskriptif dan metode analisis Biaya Sumber Daya Domestik (BSD) digunakan untuk mengetahui ada tidaknya keunggulan komparatif jeruk di Sumatera Utara sedang Metode Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk mengetahui potensi tanaman jeruk dalam rneningkatkan pendapatan petani di Sumatera Utara. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Menurut tipe iklim di Sumatera Utara didasarkan atas sistem klasifikasi menurut Oldeman (terdiri dari A, B1, C1, D1, D2, E2) dari jenis tanah yang potensial untuk tanaman jeruk (meliputi Organosol, Hodromorfik Kelabu-Gley, Andosol Coklat dan Potsolik merah kuning), terdapat luas lahan potensial untuk tanaman jeruk di Sumatera Utara sekitar 844.374 hektar atau sekitar 22,79% dari luas Sumatera Utara. 2. Bibit jeruk yang ditanam petani adalah bibit jeruk okulasi dengan batang bawah Japanese Citroen (JC). Bibit cukup tersedia di Sumatera Utara dimana sumber bibit berasal dari hasil okulasi BBI Kutagadang, BBI Unit Simarjarunjung, BBI Arse Sipirok dan para penangkar binaan BBI, serta bibit yang berasal dari Bangkinang. Jenis pupuk yang biasa digunakan petani adalah organik dan anorganik, juga cukup tersedia di Sumatea Utara. 3. Kegiatan budidaya jeruk di Sumatera Utara dengan pola monokultur dan tumpang sari. Budidaya tanaman jeruk dilakukan mulai dari pengolahan lahan, pelobangan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pemangkasan dan panen. Dalam hal pengendalian hama/penyakit, petani umumnya melakukannya dengan cara menyemprot dengan pestisida. 4. Tanaman jeruk di Sumatera Utara mempunyai keunggulan komparatif dengan koefisien BSD sebesar 0,25 dan nilai BSD Rp. 2.659/$US pada tahun 1998. Dengan demikian layak sebagai komoditi eksport atau substitusi import. 5. Usahatani jeruk di Sumatera Utara dapat menghasilkan pendapatan petani sebesar Rp. 37. 906.274 per hektar pada umur tanaman 7 sampai 8 tahun. Dari analisis kelayakan usahatani jeruk per hektar memperoleh IRR sebesar 110, 74%. Hasil ini juga Iebih besar dari tingkat bunga uang bank yang berlaku, sehingga secara finansial layak diusahakan. 6. Tanaman jeruk Sumatera Utara layak secara finansial dan efisien secara ekonomis. Total Nilai Tambah agribisnis jeruk Sumatera Utara sebesar Rp. 1.260, 70 millyar atau dapat menyurnbang 3,34% dari PDRB Sumatera Utara, oleh sebab itu dapat mendorong pengembangan wilayah Sumatera Utara. 7. Kendala-kendala yang dihadapi petani adalah aspek produksi dan pemasaran. Kendala produksi adalah ketersediaan teknologi yang belum memuaskan, minimnya pengetahuan dan kurangnya kelembagaan di tingkat petani. Sedangkan kendala pemasaran adalah keterbatasan informasi harga dan daya serap pasar serta kurangnya kelembagaan ditingkat petani seperti kelompok tani dan KUD.