Insidensi dan Pola Bakteri Infeksi Saluran Kemih Nosokomial pada Persalinan Normal di RSUP H Adam Malik dan RSUD Dr Pirngadi Medan
View/ Open
Date
2007Author
Jelita, Angel
Advisor(s)
Roeshadi, R Haryono
Iswara, R Lia K
Metadata
Show full item recordAbstract
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai insidensi dan pola
bakteri infeksi saluran kemih nosokomial pada persalinan normal di kamar bersalin
Departemen I SMF Obstetri dan Ginekologi FK-USU / RS. Haji Adam Malik / RS Dr. Pirngadi
Medan serta hasil uji kepekaan terhadap berbagai jenis antibiotika dari bakteri yang
ditemukan.
Rancangan Penelltian : Suatu studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan potong
lintang (cross sectional) yang dilakukan pada semua ibu yang melahirkan normal di kamar
bersalin Departemen / SMF Obstetri dan Ginekologi FK-USU, RS. Haji Adam Malik dan
RSUD Dr. Pirngadi Medan yang memenuhi kriteria inklusi mulai tanggal 1 Februari 2007 - 31
April 2007.
Analisa Statistik : Data yang dikumpulkan, dianalisa dengan menggunakan komputer
program SPSS ver 12.0 for window. Prakiraan / estimasi risiko faktor - faktor yang mungkin
meningkatkan terjadinya infeksi saluran kemih nosokomial dilakukan dengan perhitungan
Odds Ratio. Uji statistik Chi-square untuk melihat hubungan berbagai variabel, dengan nilai
kemaknaan p<0.05 dan Confidence Interval 95%.
Hasil : Pada penelitian ini diperoleh sampel sebanyak 94 orang, terdiri dari 34 orang di
RSHAM dan 60 orang di RSPM. Total peserta yang dinyatakan positif terkena infeksi saluran
kemih nosokomial cukup tinggi yaitu sebanyak 30 kasus (31,9%).
Di RSHAM sebanyak 29 kasus (85.3%) pecahnya selaput ketuban sebelum 12 jam dan ada
5 kasus (14.7%) pecahnya selaput ketuban diatas 12 jam. Sementara di RSPM, sebanyak
51 kasus (85%) pecahnya selaput ketuban sebelum 12 jam dan sebanyak 9 kasus (15%)
pecahnya selaput ketuban diatas 12 jam. Dari 80 kasus yang selaput ketubannya pecah
sebelum 12 jam dijumpai 25 kasus menderita ISK nosokomial, dan dari 14 kasus yang
selaput ketubannya pecah sesudah 12 jam dijumpai 5 kasus menderita ISK nosokomial.
Secara statistik lamanya pecah selaput ketuban tidak mempunyai hubungan yang bermakna
dalam terjadinya ISK nosokomial dengan nilai kemaknaan p adalah 0.74 (p>0.05). Ditinjau
dari waktu pecahnya selaput ketuban, pasien yang selaput ketubannya pecah sebelum 12
jam mempunyai risiko yang hampir sama dengan yang selaput ketubannya pecah sesudah
12 jam untuk menderita ISK nosokomial dengan Odds Ratio 1.22 dan rentang kepercayaan
95%.
Di RSHAM, sebanyak 18 kasus (52.9%) proses persalinan selesai sebelum 12 jam dan ada
16 kasus (47.1%) proses persalinan selesai diatas 12 jam. Sementara di RSPM, sebanyak
36 kasus (60%) proses persalinan selesai sebelum 12 jam dan sebanyak 24 kasus (40%)
proses persalinan selesai diatas 12 jam. Dimana persalinan yang berlangsung <12 jam
mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya ISK nosokomial dibandingkan dengan
persalinan yang berlangsung lebih dari 12 jam, hal ini dapat dilihat dari nilai Odds Ratio 0.57
dan nilai p = 0.22 menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan lama proses persalinan
dan ISK nosokomial.
Di RSHAM, sebanyak 18 kasus (52.9%) mengalami perlukaan jalan lahir baik yang disengaja
(episiotomi) ataupun yang terjadi spontan dan 16 kasus (47.1%) tanpa mendapat Iuka jalan
lahir. Sementara di RSPM, sebanyak 44 kasus (73.3%) mengalami perlukaan jalan lahir, baik
itu episiotomi maupun Iuka jalan lahir yang terjadi secara spontan dan sebanyak 16 kasus
(26.7%) tanpa mendapat Iuka jalan lahir. Estimasi risiko terjadinya ISK nosokomial pada
pasien yang dilakukan tindakan episiotomi / Iuka jalan lahir 2.24 kali lebih besar dibandingkan
mereka yang tidak mendapat Iuka jalan lahir / episiotomi, walaupun pada uji chi-square nilai
kemaknaan p>0.05.
Di RSHAM, sebanyak 31 kasus (91.2%) mendapatkan tindakan kateterisasi sebanyak 1 kali
dan sebanyak 3 kasus (8.8%) mendapatkan tindakan kateterisasi sebanyak 2 kali. Sementara
di RSPM, sebanyak 55 kasus (91.7%) mendapatkan tindakan kateterisasi sebanyak 1 kali
dan sebanyak 4 kasus (6.7%) mendapatkan tindakan kateterisasi sebanyak 2 kali dan ada 1
kasus (1.7%) yang mendapatkan tindakan kateterisasi sebanyak 3 kali.
Di RSHAM, sebanyak 1 kasus (2.9%) dilakukan tindakan periksa dalam sebanyak 3 kali, ada
sebanya~ 17 kasus (50%) dilakukan tindakan periksa dalam sebanyak 4 kali dan ada
sebanycf \6 kasus (47.1%) dilakukan tindakan periksa dalam sebanyak lebih dari atau sama dengan 5 kali. Sementara di RSPM, sebanyak 3 kasus (5%) mendapatkan tindakan periksa
dalam sebanyak 3 kali, sebanyak 26 kasus (43.3%) mendapatkan tindakan periksa dalam
sebanyak 4 kali dan selebihnya sebanyak 31 kasus (51.7%) mendapatkan tindakan periksa
dalam sebanyak lebih dari atau sama dengan 5 kali. Estimasi risiko dengan asosiasi negatif
antara jumlah tindakan periksa dalam dan kejadian ISK nosokomial (nilai Odds Ratio 0.68).
Dari jumlah kasus yang sama (masing-masing 47 kasus) dijumpai 17 kasus menderita ISK
nosokomial pada kelompok pasien yang dilakukan periksa dalam 2-4 kali, dan 13 kasus
menderita ISK nosokomial pada kelompok pasien yang dilakukan periksa dalam 5 kali atau
lebih. Dengan nilai p = 0.38 pada uji Chi-square, menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara jumlah periksa dalam dan kejadian ISK nosokomial.
Bakteri yang dapat diisolasi dari infeksi saluran kemih nosokomial di RSHAM ada 3 bakteri
dominan yaitu Staphylococcus aureus sebanyak 5 kasus (41.7%), diikuti dengan E. coli 4
kasus (33.3%) dan Klebsiel/a 3 kasus (25%).
Sedangkan berbeda dengan bakteri dominan yang ditemukan di RSPM, dimana E. coli
ditemukan sebanyak 10 kasus {55.6%) diikuti dengan Staphylococcus aureus sebanyak 4
kasus {22.2%) dan Klebsiella dan Proteus masing masing sebanyak 2 kasus (11.1 %).
Bakteri dominan yang terbanyak ditemukan dari kultur urin yang positif infeksi saluran kemih
nosokomial di RSHAM adalah Staphylococcus aureus sebanyak 5 kasus, E coli sebanyak 4
kasus dan Klebsiel/a sebanyak 3 kasus. Dan dari hasil uji kepekaan bakteri terhadap
berbagai antibiotika didapati bakteri Staphylococcus aureus masih sensitif terhadap
antibiotika CRO, AMK, CIP, IMI, GAT dan CSL. Dan bakteri E coli masih sensitif terhadap
antibiotika FEP, AMK, CIP, IMI, GAT, dan CSL. Dan bakteri Klebsie/la masih sensitifterhadap
antibiotika AMK, GEN, CIP, IMI, GAT, CSL.
Bakteri dominan yang terbanyak ditemukan dari kultur urin yang positif infeksi nosokomial
saluran kemih di RSPM adalah E.coli sebanyak 10 kasus, Staphylococcus aureus sebanyak
4 kasus, K/ebsiella dan Proteus masing-masing sebanyak 2 kasus. Dan dari hasil uji
kepekaan bakteri terhadap berbagai antibiotika didapati bakteri E.coli masih sensitif terhadap
antibiotika AMK, CIP, IMI, GAT dan CSL. Dan bakteri Staphylococcus aureus masih sensitif
terhadap antibiotika FEP, CTX, CRO, AMK, GEN, CIP, IMI, GAT dan CSL. Dan bakteri
Klebsiella masih sensitif terhadap antibiotika FEP, GEN, CIP, CHL, IMI, GAT, CSL dan NIT.
Sedangkan Proteus masih sensitif terhadap antibiotika FEP, AMK, Cl P, GAT dan CSL.
Kesimpulan: lnsidensi infeksi saluran kemih nosokomial pada persalinan normal di
RSHAM ditemukan sebanyak 12 kasus {35.3%) dari 34 persalinan normal, sedangkan di
RSPM ditemukan sebanyak 18 kasus {30%) dari 60 persalinan normal. Bakteri dominan
terbanyak yang dapat diisolasi dari infeksi saluran kemih nosokomial di RSHAM ada 3
macam yaitu Staphylococcus aureus sebanyak 5 kasus, diikuti dengan E. coli 4 kasus dan
Klebsiella 3 kasus. Sedangkan bakteri dominan yang dapat diisolasi dari infeksi saluran
kemih nosokomial di RSPM ada 4 macam yaitu E. coli ditemukan sebanyak 10 kasus diikuti
dengan Staphylococcus aureus sebanyak 4 kasus dan K/ebsiella dan Proteus masing
masing sebanyak 2 kasus. Hasil uji kepekaan bakteri dominan yang ditemukan dari kultur
urine infeksi saluran kemih nosokomial pada persalinan normal di RSHAM terhadap berbagai
antibiotika didapati bakteri Staphylococcus aureus masih sensitif terhadap antibiotika
Ceftriaxone, Amikacin, Ciprofloxacine, lmipenem, Gatifloxacin dan Sulbactam. Dan bakteri E
coli masih sensitif terhadap antibiotika Cefepime, Amikacin, Ciprofloxacine, lmipenem,
Gatifloxacin, dan Sulbactam. Dan bakteri Klebsiella masih sensitif terhadap antibiotika
Amikacin, Gentamycin, Ciprofloxacin, lmipenem, Gatifloxacin, Sulbactam.
Hasil uji kepekaan bakteri dominan yang ditemukan dari kultur urine infeksi saluran kemih
nosokomial pada persalinan normal di RSPM terhadap berbagai antibiotika didapati bakteri
E.coli masih sensitif terhadap antibiotika Amikacin, Ciprofloxacin, lmipenem, Gatifloxacin dan
Sulbactam. Dan bakteri Staphylococcus aureus masih sensitif terhadap antibiotika Cefepime,
Cefotaxime, Ceftriaxone, Amikacin, Gentamycin, Ciprofloxacin, lmipenem, Gatifloxacin dan
Sulbactam. Dan bakteri Klebsiella masih sensitif terhadap antibiotika Cefepime, Gentamycin,
Ciprofloxacin, Chloramphenicol, lmipenem, Gatifloxacine, Sulbactam dan Nitropurantoin.
Sedangkan Proteus masih sensitif terhadap antibiotika Cefepime, Amikacin, Ciprofloxacin,
Gatifloxacin dan Sulbactam
Collections
- Master Theses [314]