Show simple item record

dc.contributor.advisorRoeshadi, R Haryono
dc.contributor.advisorIswara, R Lia K
dc.contributor.authorJelita, Angel
dc.date.accessioned2022-12-14T06:00:47Z
dc.date.available2022-12-14T06:00:47Z
dc.date.issued2007
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/73438
dc.description.abstractTujuan : Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai insidensi dan pola bakteri infeksi saluran kemih nosokomial pada persalinan normal di kamar bersalin Departemen I SMF Obstetri dan Ginekologi FK-USU / RS. Haji Adam Malik / RS Dr. Pirngadi Medan serta hasil uji kepekaan terhadap berbagai jenis antibiotika dari bakteri yang ditemukan. Rancangan Penelltian : Suatu studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan potong lintang (cross sectional) yang dilakukan pada semua ibu yang melahirkan normal di kamar bersalin Departemen / SMF Obstetri dan Ginekologi FK-USU, RS. Haji Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan yang memenuhi kriteria inklusi mulai tanggal 1 Februari 2007 - 31 April 2007. Analisa Statistik : Data yang dikumpulkan, dianalisa dengan menggunakan komputer program SPSS ver 12.0 for window. Prakiraan / estimasi risiko faktor - faktor yang mungkin meningkatkan terjadinya infeksi saluran kemih nosokomial dilakukan dengan perhitungan Odds Ratio. Uji statistik Chi-square untuk melihat hubungan berbagai variabel, dengan nilai kemaknaan p<0.05 dan Confidence Interval 95%. Hasil : Pada penelitian ini diperoleh sampel sebanyak 94 orang, terdiri dari 34 orang di RSHAM dan 60 orang di RSPM. Total peserta yang dinyatakan positif terkena infeksi saluran kemih nosokomial cukup tinggi yaitu sebanyak 30 kasus (31,9%). Di RSHAM sebanyak 29 kasus (85.3%) pecahnya selaput ketuban sebelum 12 jam dan ada 5 kasus (14.7%) pecahnya selaput ketuban diatas 12 jam. Sementara di RSPM, sebanyak 51 kasus (85%) pecahnya selaput ketuban sebelum 12 jam dan sebanyak 9 kasus (15%) pecahnya selaput ketuban diatas 12 jam. Dari 80 kasus yang selaput ketubannya pecah sebelum 12 jam dijumpai 25 kasus menderita ISK nosokomial, dan dari 14 kasus yang selaput ketubannya pecah sesudah 12 jam dijumpai 5 kasus menderita ISK nosokomial. Secara statistik lamanya pecah selaput ketuban tidak mempunyai hubungan yang bermakna dalam terjadinya ISK nosokomial dengan nilai kemaknaan p adalah 0.74 (p>0.05). Ditinjau dari waktu pecahnya selaput ketuban, pasien yang selaput ketubannya pecah sebelum 12 jam mempunyai risiko yang hampir sama dengan yang selaput ketubannya pecah sesudah 12 jam untuk menderita ISK nosokomial dengan Odds Ratio 1.22 dan rentang kepercayaan 95%. Di RSHAM, sebanyak 18 kasus (52.9%) proses persalinan selesai sebelum 12 jam dan ada 16 kasus (47.1%) proses persalinan selesai diatas 12 jam. Sementara di RSPM, sebanyak 36 kasus (60%) proses persalinan selesai sebelum 12 jam dan sebanyak 24 kasus (40%) proses persalinan selesai diatas 12 jam. Dimana persalinan yang berlangsung <12 jam mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya ISK nosokomial dibandingkan dengan persalinan yang berlangsung lebih dari 12 jam, hal ini dapat dilihat dari nilai Odds Ratio 0.57 dan nilai p = 0.22 menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan lama proses persalinan dan ISK nosokomial. Di RSHAM, sebanyak 18 kasus (52.9%) mengalami perlukaan jalan lahir baik yang disengaja (episiotomi) ataupun yang terjadi spontan dan 16 kasus (47.1%) tanpa mendapat Iuka jalan lahir. Sementara di RSPM, sebanyak 44 kasus (73.3%) mengalami perlukaan jalan lahir, baik itu episiotomi maupun Iuka jalan lahir yang terjadi secara spontan dan sebanyak 16 kasus (26.7%) tanpa mendapat Iuka jalan lahir. Estimasi risiko terjadinya ISK nosokomial pada pasien yang dilakukan tindakan episiotomi / Iuka jalan lahir 2.24 kali lebih besar dibandingkan mereka yang tidak mendapat Iuka jalan lahir / episiotomi, walaupun pada uji chi-square nilai kemaknaan p>0.05. Di RSHAM, sebanyak 31 kasus (91.2%) mendapatkan tindakan kateterisasi sebanyak 1 kali dan sebanyak 3 kasus (8.8%) mendapatkan tindakan kateterisasi sebanyak 2 kali. Sementara di RSPM, sebanyak 55 kasus (91.7%) mendapatkan tindakan kateterisasi sebanyak 1 kali dan sebanyak 4 kasus (6.7%) mendapatkan tindakan kateterisasi sebanyak 2 kali dan ada 1 kasus (1.7%) yang mendapatkan tindakan kateterisasi sebanyak 3 kali. Di RSHAM, sebanyak 1 kasus (2.9%) dilakukan tindakan periksa dalam sebanyak 3 kali, ada sebanya~ 17 kasus (50%) dilakukan tindakan periksa dalam sebanyak 4 kali dan ada sebanycf \6 kasus (47.1%) dilakukan tindakan periksa dalam sebanyak lebih dari atau sama dengan 5 kali. Sementara di RSPM, sebanyak 3 kasus (5%) mendapatkan tindakan periksa dalam sebanyak 3 kali, sebanyak 26 kasus (43.3%) mendapatkan tindakan periksa dalam sebanyak 4 kali dan selebihnya sebanyak 31 kasus (51.7%) mendapatkan tindakan periksa dalam sebanyak lebih dari atau sama dengan 5 kali. Estimasi risiko dengan asosiasi negatif antara jumlah tindakan periksa dalam dan kejadian ISK nosokomial (nilai Odds Ratio 0.68). Dari jumlah kasus yang sama (masing-masing 47 kasus) dijumpai 17 kasus menderita ISK nosokomial pada kelompok pasien yang dilakukan periksa dalam 2-4 kali, dan 13 kasus menderita ISK nosokomial pada kelompok pasien yang dilakukan periksa dalam 5 kali atau lebih. Dengan nilai p = 0.38 pada uji Chi-square, menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah periksa dalam dan kejadian ISK nosokomial. Bakteri yang dapat diisolasi dari infeksi saluran kemih nosokomial di RSHAM ada 3 bakteri dominan yaitu Staphylococcus aureus sebanyak 5 kasus (41.7%), diikuti dengan E. coli 4 kasus (33.3%) dan Klebsiel/a 3 kasus (25%). Sedangkan berbeda dengan bakteri dominan yang ditemukan di RSPM, dimana E. coli ditemukan sebanyak 10 kasus {55.6%) diikuti dengan Staphylococcus aureus sebanyak 4 kasus {22.2%) dan Klebsiella dan Proteus masing masing sebanyak 2 kasus (11.1 %). Bakteri dominan yang terbanyak ditemukan dari kultur urin yang positif infeksi saluran kemih nosokomial di RSHAM adalah Staphylococcus aureus sebanyak 5 kasus, E coli sebanyak 4 kasus dan Klebsiel/a sebanyak 3 kasus. Dan dari hasil uji kepekaan bakteri terhadap berbagai antibiotika didapati bakteri Staphylococcus aureus masih sensitif terhadap antibiotika CRO, AMK, CIP, IMI, GAT dan CSL. Dan bakteri E coli masih sensitif terhadap antibiotika FEP, AMK, CIP, IMI, GAT, dan CSL. Dan bakteri Klebsie/la masih sensitifterhadap antibiotika AMK, GEN, CIP, IMI, GAT, CSL. Bakteri dominan yang terbanyak ditemukan dari kultur urin yang positif infeksi nosokomial saluran kemih di RSPM adalah E.coli sebanyak 10 kasus, Staphylococcus aureus sebanyak 4 kasus, K/ebsiella dan Proteus masing-masing sebanyak 2 kasus. Dan dari hasil uji kepekaan bakteri terhadap berbagai antibiotika didapati bakteri E.coli masih sensitif terhadap antibiotika AMK, CIP, IMI, GAT dan CSL. Dan bakteri Staphylococcus aureus masih sensitif terhadap antibiotika FEP, CTX, CRO, AMK, GEN, CIP, IMI, GAT dan CSL. Dan bakteri Klebsiella masih sensitif terhadap antibiotika FEP, GEN, CIP, CHL, IMI, GAT, CSL dan NIT. Sedangkan Proteus masih sensitif terhadap antibiotika FEP, AMK, Cl P, GAT dan CSL. Kesimpulan: lnsidensi infeksi saluran kemih nosokomial pada persalinan normal di RSHAM ditemukan sebanyak 12 kasus {35.3%) dari 34 persalinan normal, sedangkan di RSPM ditemukan sebanyak 18 kasus {30%) dari 60 persalinan normal. Bakteri dominan terbanyak yang dapat diisolasi dari infeksi saluran kemih nosokomial di RSHAM ada 3 macam yaitu Staphylococcus aureus sebanyak 5 kasus, diikuti dengan E. coli 4 kasus dan Klebsiella 3 kasus. Sedangkan bakteri dominan yang dapat diisolasi dari infeksi saluran kemih nosokomial di RSPM ada 4 macam yaitu E. coli ditemukan sebanyak 10 kasus diikuti dengan Staphylococcus aureus sebanyak 4 kasus dan K/ebsiella dan Proteus masing masing sebanyak 2 kasus. Hasil uji kepekaan bakteri dominan yang ditemukan dari kultur urine infeksi saluran kemih nosokomial pada persalinan normal di RSHAM terhadap berbagai antibiotika didapati bakteri Staphylococcus aureus masih sensitif terhadap antibiotika Ceftriaxone, Amikacin, Ciprofloxacine, lmipenem, Gatifloxacin dan Sulbactam. Dan bakteri E coli masih sensitif terhadap antibiotika Cefepime, Amikacin, Ciprofloxacine, lmipenem, Gatifloxacin, dan Sulbactam. Dan bakteri Klebsiella masih sensitif terhadap antibiotika Amikacin, Gentamycin, Ciprofloxacin, lmipenem, Gatifloxacin, Sulbactam. Hasil uji kepekaan bakteri dominan yang ditemukan dari kultur urine infeksi saluran kemih nosokomial pada persalinan normal di RSPM terhadap berbagai antibiotika didapati bakteri E.coli masih sensitif terhadap antibiotika Amikacin, Ciprofloxacin, lmipenem, Gatifloxacin dan Sulbactam. Dan bakteri Staphylococcus aureus masih sensitif terhadap antibiotika Cefepime, Cefotaxime, Ceftriaxone, Amikacin, Gentamycin, Ciprofloxacin, lmipenem, Gatifloxacin dan Sulbactam. Dan bakteri Klebsiella masih sensitif terhadap antibiotika Cefepime, Gentamycin, Ciprofloxacin, Chloramphenicol, lmipenem, Gatifloxacine, Sulbactam dan Nitropurantoin. Sedangkan Proteus masih sensitif terhadap antibiotika Cefepime, Amikacin, Ciprofloxacin, Gatifloxacin dan Sulbactamen_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectPola Bakterien_US
dc.subjectlnfeksi Saluran Kemih Nosokomialen_US
dc.subjectPersalinan Normalen_US
dc.titleInsidensi dan Pola Bakteri Infeksi Saluran Kemih Nosokomial pada Persalinan Normal di RSUP H Adam Malik dan RSUD Dr Pirngadi Medanen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI11708#Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
dc.description.pages84 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record