dc.description.abstract | Sastra merupakan pencerminan dari kehidupan manusia. Karya sastra yang
memiliki sifat imajinatif, berhadapan dengan tiga (genre) sastra, yaitu prosa, puisi,
dan drama. Salah satu jenis prosa adalah novel. Novel adalah karangan prosa yang
panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di
sekitarnya, dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Salah satu karya sastra yang akan ditelaah dari segi nilai moral terdapat dalam
novel dengan judul “Beauty and Sadness” karya Yasunari Kawabata. Di dalam novel
“Beauty and Sadness” menggambarkan peristiwa yang mengandung nilai moral. Nilai
moral yang terkandung dalam novel ini adalah nilai kesetiaan.
Dalam menganalisis penulis menggunakan teori nilai moral yang ditulis
Hurlock (1993: 74) dan Bertens (1993: 143). Dalam penelitian ini penulis
mengumpulkan data melalui studi kepustakaan dengan menggunakan buku-buku
yang berkaitan dengan masalah penelitian. Selain buku, penulis juga mengumpulkan
data- data melalui internet.
Moral adalah suatu konsep kehidupan berupa saran atau makna yang
terkandung dalam sebuah cerita, yang ditujukan kepada pembaca. Berdasarkan pemahaman tema tertentu, moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat
atau pesan.
Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan
bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup tentang
baik buruknya perbuatan manusia.
Untuk menjelaskan nilai moral yang terdapat dalam novel Beauty and Sadness
maka diperlukan teori semiotik untuk menganalisisnya. Semiotik merupakan teori
yang menjelaskan kondisi dan sikap para tokoh ke dalam tanda. Setiap ucapan,
tindakan, maupun perbuatan yang dilakukan para tokoh yang terdapat dalam novel
kemudian akan dipilih bagian mana saja yang mencerminkan nilai moral.
Salah satu karya sastra yang akan ditelaah dari segi moralitas terdapat dalam
novel “Beauty and Sadness” karya Yasunari Kawabata yang menceritakan tentang
kesetiaan pelukis belia yang cantik bernama Ueno Otoko yang masih mencintai
kekasih di masa lalunya Oki Toshio yang sudah berkeluarga. Cinta memang terjalin
diantara mereka, tetapi Oki tak dapat meninggalkan istrinya karena keberadaan
putranya. Persoalan semakin rumit ketika Otoko hamil. Usia yang baru 16 tahun,
Otoko melahirkan seorang bayi perempuan yang kemudian mati. Kekecewaan yang
teramat besar berupaya membuatnya bunuh diri dan harus melewati masa-masa sulit
di sebuah rumah sakit jiwa. Sebelumnya Otoko yang lahir dan di besarkan di Tokyo
memutuskan untuk pindah ke Kyoto bersama Ibunya membawa sekeping hati yang
sedih dan sepi. Meninggalkan Oki setelah puluhan tahun berpisah, tak membuat cinta Otoko musnah meskipun telah menjalin hubungan lesbian dengan muridnya bernama
Keiko, hati Otoko tetaplah untuk Oki. Nilai moral mengajarkan bahwa kita sebagai
manusia harus mempunyai sifat setia, baik itu terhadap keluarga, teman, maupun
terhadap seseorang yang kita cintai.
Konfusianisme adalah kemanusiaan, filsafat atau sikap yang berhubungan
dengan kemanusiaan, tujuan dan keinginan, bukan sesuatu yang abstrak. Moral
Konfusianisme memperlihatkan ajaran moral yang memiliki nilai untuk mencapai
keharmonisan dalam kehidupan. Konsep dasar Konfusianisme yang menyatakan
bahwa manusia harus berdasar pada kebijakan dan kebijaksanaan dalam bertindak
membuat orang-orang penganut Konfusianis cenderung memiliki sifat yang ramah
dan selalu menghargai individu lain.
Nilai moral Konfusius dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Diharapkan lebih banyak orang yang mengerti pentinya nilai kesetiaan moral,
sehingga ketika kita memahaminya, akan menjadikan kita sebagai manusia yang
dapat bertindak lebih baik dan bijaksana dalam menjalani hidup.
Kesimpulan dari novel “Beauty and Sadness” Untuk mengungkap nilai moral
dari tokoh utama dalam novel “Beauty and Sadness” karya Yasunari Kawabata.
Secara nilai moral yang ditemukan dalam novel tersebut memiliki nilai kejujuran
dalam novel yang mencerminkan kejujuran hati Otoko mengenai perasaannya kepada
Oki yang sudah memiliki keluarga. Nilai keuletan yang terdapat dalam novel adalah
Otoko tidak menyerah dan patah semangat meskipun telah jatuh dan terpuruk, dia mencoba bangkit dari penderitaannya dan berusaha memenangkan penghargaan
dalam sebuah pameran di Kyoto, sehingga menjadi seorang pelukis terkenal.
Perasaan bersalah yang terdapat dalam novel ditunjukkan oleh Otoko terhadap ibunya.
Otoko tidak dapat mengikuti keinginan ibunya untuk menikah dengan laki-laki lain
dan melupakan Oki. Nilai kesetiaan yang terdapat dalam novel ditunjukkan oleh
Otoko. Otoko menunjukkan sifat kesetiaannya dengan tidak menjalin hubungan
dengan pria lain melainkan Oki. Otoko tidak ingin menikah dengan lali-laki lain
selain dengan Oki. Niat untuk tidak menikah telah menyelusup kedalam hatinya, dan
perlahan-lahan menjadi tekat yang sulit diubah. Otoko tetap setia terhadap Oki
meskipun dia sadar dia tidak mungkin bersatu pada Oki karena Oki telah memiliki
keluarga. | en_US |