Penetapan Kadar Nipagin dan Nipasol dalam Krim secara Spektrofotometri UV di Balai Besar Pom Medan
Abstract
Kosmetika sudah dikenal orang sejak zaman dahulu kala. Di Mesir, 3500
tahun sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain misalnya tanah lit,
lumpur, arang, batubara bahkan api, air, embun, pasir atau sinar matahari.
Penggunaan susu, akar, daun, kulit pohon, rempah, minyak bumi, minyak hewan,
madu dan lainnya sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat saat
itu. Hal ini dapat diketahui melalui naskah-naskah kuno yang ditulis dalam
papirus atau dipahat pada dinding piramid.
Di Indonesia sendiri sejarah tentang kosmetologi telah dimulai sejak
zaman penjajahan Belanda. Pada pertengahan abad ke-17 terbit buku De Indiae
Untriusquere Naturall et Medica (Jacobus Rontius) yang mengupas beberapa obat
dan kosmetika tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, disusul dengan
Catalogus Horti Academici Ludguno Batavi (1687) dan lainnya. Masyarakat
penjajah kemudian mulai membawa dan memperkenalkan kosmetika Barat ke
Indonesia. Lalu pada tahun 1960, Tio Tiong Hoo, seorang dokter kulit mendirikan
pabrik kosmetika pertama di Indonesia yang sampai saat ini masih beroperasi dan
banyak disusul oleh pabrik-pabrik kosmetika yang lain. Dengan banyaknya
muncul pabrik-pabrik kosmetika di Indonesia tidak dapat diragukan lagi bahwa
kebutuhan akan kosmetika dewasa ini sudah sedemikian primer bagi hampir
seluruh wanita, sebahagian pria, dan anak-anak.
Collections
- Diploma Papers [228]