dc.description.abstract | Sistem Manajemen Mutu (SMM) dan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) merupakan langkah awal untuk penerapan Total Quality Manajemen (TGM), menerapkan fondasi yang mantap menuju
TQM karena memberikan basis untuk "Continues Improvement” dengan menitik beratkan pada kepuasan pelanggan, pada proses (input output) ; serta menghendaki adanya wewenang dan tanggungjawab yang jelas dari personil sehingga kegiatan manajemen dapat senantiasa dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
Bahwa penerapan SMM/SML apakah berpengaruh terhadap peningkatan prestasi kerja, dan sejauhmana pengetahuan/pemahaman karyawan terhadap SMM/SML, serta apakah model motivasi berpengaruh terhadap penerapan SMM/SML tersebut. Kesemuanya ini merupakan variabel yang diamati. TQM melibatkan seluruh karyawan menjadi satu kesatuan organisasi dalam memberikan kepuasan pelanggan (Customer Sustifaction). TQM bisa disebut TG atau CWQC (Company Wide Quality Control) ataupun TGC (Total Quality Control).
Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian adalah bahwa penerapan 1S0 9000/ISO 14000 dapat meningkatkan prestasi kerja, dan tidak terlepas dari pentingnya pengetahuan/pemahaman yang memiliki pengaruh yang positif terhadap keberhasilan penerapan IS0 9000/ISO 14000 serta model motivasi juga berpengaruh positif terhadap ISO 9000 dan ISO 14000 ; dengan kata lain adalah pendidikan/motivasi memiliki pengaruh yang kuat terhadap prestasi kerja.
Metodologi penelitian menggunakan quisioner dan pengamatan langsung. Juga digunakan daftar prestasi kerja yang telah disusun perusahaan baik sebelum dan sesudah TQC atau PMT, dan merupakan penelitian Ex Post Facto Research.
Data dianalisa dengan t-tes untuk diketahui perbedaan yang nyata antara prestasi kerja sebelum TGC dan sesudah TQC. Hasil yang diperoleh t-hitung 9,899 dan t-tabel 2,00 pada signifikan 0,05 maka, terdapat perbedaan nyata prestasi kerja sebelum dan sesudah TQC.
Hasil analisis terhadap tingkat pengetahuan karyawan yang dihubungkan dengan prestasi kerja menunjukkan perbandingan yang berbanding lurus dengan efisien korelasi 0,48 pada tingkat Signifikan 5% dan 1%. Dengan kata lain hubungan antara pengetahuan karyawan dengan prestasi kerja menunjukkan hubungan yang positif dan besarnya koefisien korelasi (r) 0,48 yang berarti sebesar 48 % yang didominasi oleh katagori cukup.
Model motivasi dipandang representatif dengan peningkatan prestasi kerja, yang menggunakan analisa korelasi sederhana pada taraf signifikan 5 % dan 1 % ; dan rasionya mempunyai
hubungan positif dengan prestasi kerja dimana harga koefisien korelasi bernilai 0,57. Dengan kata lain hubungan antara motivasi dengan prestasi kerja menunjukkan hubungan yang positif dan besarnya koefisien korelasi (r) = 0,57 yang berarti sebesar 57 % yang didominasi oleh katagori cukup.
Dengan demikian makin tinggi pengetahuan dan makin tinggi motivasi makin tinggi pula prestasi kerja. Harga koefisien korelasi ganda 0,60. Dengan kata lain makin tinggi pengetahuan dan makin tinggi motivasi maka makin tinggi pula prestasi kerja yang menunjukkan hubungan positif dimana besarnya koefisien korelasi (r) = 0,69 yang berarti sebesar 60 % yang didominasi oleh katagori lebih dari cukup.
Kesimpulannya terdapat perbedaan nyata tentang prestasi kerja sebelum dilaksanakan pengendalian mutu terpadu dan sesudahnya dalam pengejawan tahan SMM/SML. | en_US |