Buruh Tani di Bekas Lahan Sendiri Dalam Lingkaran Kemiskinan dan Eksploitasi (Studi Kasus di Desa Kwala Gunung Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)
Abstract
Penelitian ini telah dilakukan di Desa Kwala Gunung Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batu Bara. Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini berawal dari ketertarikan
penulis terhadap kasus di Desa Kwala Gunung, yaitu sekitar 165 orang buruh tani telah
kehilangan lahan, dan kini harus bekerja di lahan bekas miliknya sendiri. Dampak yang
terjadi adalah penjualan lahan demi melunasi hutang karena kekurangan modal baik
berupa lahan maupun finansial, yang berdampak pada perubahan kehidupan baik sosial,
ekonomi dan juga mata pencahariannya.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk struktur eksploitasi
yang terjadi pada petani padi di Desa Kwala Gunung yang membuat buruh tani bekerja di
bekas lahannya sendiri serta untuk mengetahui struktur eksploitasi yang menyebabkan
terjadinya kemiskinan pada petani padi di Desa Kwala Gunung yang membuat buruh tani
bekerja di bekas lahannya sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case study). Adapun yang menjadi
unit analisis dalam penelitian ini adalah petani padi yang kehilangan lahan dan kini
bekerja menjadi buruh di lahan bekas miliknya sendiri. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara mendalam (depth interview), observasi partisipan dan
dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa buruh tani di Desa Kwala Gunung
mengalami kemiskinan diakibatkan karena beberapa faktor diantaranya faktor struktural,
alamiah tetapi faktor kultural tidak terjadi di Desa Kwala Gunung. Hal ini terjadi karena
buruh tani terus mengalami tindakan dari struktur eksploitasi yang dilakukan oleh aktor
yang memiliki kepentingan dalam bidang pertanian. Bentuk struktur eksploitasi yang
dialami buruh tani berupa: pinjaman modal dengan beban bunga yang tinggi dari
tengkulak kepada buruh tani, rendahnya upah yang diberikan majikan kepada para buruh,
hilangnya hak pekerja untuk memanen padi milik majikannya, rendahnya harga gabah
yang berpengaruh terhadap upah yang diterima dan adanya manipulasi data bantuan yang
tidak sesuai dengan penyalurannya. Kemiskinan pada buruh tani benar terjadi di Desa
Kwala Gunung, dimana buruh tani mengalami kemiskinan dikarenakan para buruh tani
melakukan penjualan lahan sawah demi melunasi hutang kepada tengkulak. Hal ini
dibuktikan dengan penghasilan yang diterima petani dalam sekali panen tidaklah
sebanding dengan pengeluaran yang diperlukan sehingga banyak dampak yang
ditimbulakan dari rendahnya penghasilan dan besarnya pengeluaran pertanian. Hitungan
penghasilan yang diperoleh dalam sekali panen rata-rata Rp.8.600.000;/10 rante per
panen. Sedangkan pengeluaran dalam 3-4 bulan menuju masa penen selanjutnya sekitar
Rp.12.080.000;/tahun. Kondisi seperti ini yang membuat buruh tani berada pada putaran
lingkaran kemiskinan.
Collections
- Undergraduate Theses [1027]
