Show simple item record

dc.contributor.advisorLoebis, Moehammed Nawawiy
dc.contributor.advisorFachrudin, Hilma Tamiami
dc.contributor.authorHusna, Husna
dc.date.accessioned2023-01-02T03:36:52Z
dc.date.available2023-01-02T03:36:52Z
dc.date.issued2008
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/79636
dc.description.abstractNanggroe Aceh Darussalam merupakan propinsi paling barat di Indonesia dengan julukan kota Serambi Mekah yang terkenal dengan budaya dan sumber daya alamnya. Namun berbicara tentang Nanggroe Aceh Darussalam yang beribukota Banda Aceh mengingatkan kita pada dua kejadian besar yaitu antara tsunami yang menghantam sebagian wilayah pantai tepatnya hari Minggu 26 Desember 2006 dan perdamaian GAM dengan RI lewat proses Helsinki Meeting yang ditanda tangani Senin 15 Agustus 2005. Keduanya telah membawa kerugian dan keuntungan kepada sebahagian masyarakat di Aceh. Diantara keperluan yang mutlak dilakukan dalam hal ini adalah membangun kembali untuk para korban gempa dan tsunami, memberikan dana pemberdayaan kepada korban konflik sesuai dengan kapasitas dan posisinya masing-masing, membangun semua infrastruktur baik yang hancur dan rusak karena gempa dan tsunami maupun karena faktor lain, merevisi Undang-undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh sesuai dengan Memorandum of Understanding (MoU) Helsingki dan menjalankan kandungannya dengan sempurna dan memprioritaskan tegaknya Syariat Islam yang lengkap dan sempurna di NAD. Banda Aceh sebagai ibukota provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, memiliki banyak tuntutan yang harus dilaksanakan sesuai dengan arahnya menuju kota metropolitan, sebagaimana yang tercantum dalam visi kota Banda Aceh. Sesuai dengan kondisi pada saat ini, provinsi NAD memberikan kontribusi yang tidak sedikit kepada perekonomian Indonesia. Kontribusi tersebut berasal dari berbagai macam aspek, seperti hasil sumber daya alam, perkebunan, pariwisata, dan lain-lain. Dapat dimaklumi apabila Aceh menjadi salah satu komoditi perdagangan agro baik migas maupun non migas yang penting di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2003 sesudah diberlakukannya pasar bebas Asia AFTA (Asean Free Trade Acociation).en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.titleAceh Convention Center (Arsitektur High Tech)en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM030406042
dc.identifier.nidnNIDN0027095202
dc.identifier.nidnNIDN0025048107
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI23201#Arsitektur
dc.description.pages166 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record