dc.description.abstract | Tanah-tanah di Indonesia pada umunnya bereaksi m:rsam yang disebabkan
tingginya curah hujan mengakibatkan pencucian basa-basa. Di samping itu kandungan
unsur t"prn seprti Al# dan Fe$ tingi yang mengikat fosfat ke dalam bentuk Al-P dan
Fe-P sehingga fosfat tidak tersedia bagi tanaman. Di lain pihak akibat kernasaman tanah
sehingga kandungan unsur hara menjadi rendatr seeerti hara N, P dan K.
Kebanyakan petani hingga kini masih m€ngusahakan lahan pertaniannya dengan
p€nafturum secara monokultur. Akibat ketidak pastian harga, petani seringkali terpaksa
harus menjual hasil pertaniannya dengan harga rendalr- Unhrk itu maka saya ingin
membantu petani mengatasi masalah yang sering terjadi ini. Salah satunya adalah dengan
menerapkan sistern penanaman secara tumpang gilir. Sehingga diharapkan dalam satu
musim tanam dapat diperoleh dua komoditi. Dengan demikian apabila harga salatr satu
komoditi jatuh, maka petani masih dapat berharap pada komodiri yang kedua.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Unn* mengetahui pe,nganrh abu tandan kelapa
sawit terhadap serapan hara dan produksi tanaman kedelai dan jagung yang ditanam
dengan sistem trmrpang gilir. (2) Unn* mengetahui pengaruh rtrizobia terhadap serapan
hara dan prodr*si tanaman kedelai dan jagung yang diunam deirgan sistsrn tumpang gilir.
(3) Untuk mengetahui penganft janur pelarut P terhadap s€rapan hara dan produksi
tanaman kedelai dan jagpng yang ditanam secara tumpang gilir. (a) Untuk mengetahui
interaksi pengaruh abu tandan kelapa sawit, rfiizobia dan jamur pelarut P terhadap serapan
hara dan produksi tanaman kedelai dan jagung ymg ditanam s€cara tumpang gilir. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tambunan-A Universitas Sumatera
Utara Kecamatan Sei SelapiarL Kabupaten f:nglrat, Sumatera Utara. Adapm
di mnlai pada bulan April hingga September 1997.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok @AK) Faktorial dengan 3
faktor prlakuan masing-masing 2 t{af dengan 3 ulangan sehingga keseluruhan penelitian
menggunakan (2 x2 x 2) x 3 : 24 petak penelitian. Faktor perlaktwmya adalatr sebagai
berikut:
(1) Faktor abu tandan kelapa sawiq Erdiri atas 2 tardyaitu: tanpa pemberian abu tandan '
dan dengan pemberian abu tandan (0,1 ton/ha)
(2) Fakto,r inokuftmr baktsri bintil akar, terdiri atas 2 taraf yaitrr: tanpa pemberian inokulum
Bradyrhiz&ium Jqoniatm dan dengrur pnrberian inokulum Bradyrhizabium
Japonicum (srainDPS-I1)
(3) Faldor janrur pelarut P, terdiri atas2 taraf yaiUr: tanpa penrberian jamur pelanrt P dan
demgan pemberian jamur pelarut P (inokulum JP)
[Iasil penelitian menrurjukkan ba]rwa pemberian abu tandan kelapa sawit
meningkatkan bfiat kerhg taj* dan akar tanamaU jumlah bintil akar, berat kering bintil
akar, serapan N, P, K produ}si dan bobot 100 biji tanaman kedelai yang ditanam secara
finnpang glir. Pada tanaman jagrurg juga menunjukkan peningkaUn terhadap berat kering
tajuk dan akar tanamarU serapan N, P, K prodr*si dan bobot 100 biji tanaman yang
dr'tanam s@ara fimpang glir yang secara statistik peningkatan teisebut nyata.
Ino*ulasi fiizobia m€rdngkatkan berat kering tajuk dan akar tanaman, jumlah bintil
akar, berat korirg bintil akaa serapan N K prodtrksi dan bobot 100 biji tanaman kedelai
yang ditanam secara tumpang gilir. Namun tidak dernikian halnya de,lrgan tanaman iagung;
inolarlasi rrnmH^tidak mening[<atkan semua variabel yang diamati.
Inokulasi jamur pelarut fosfat menirgka*an berat kering tajuk dan akar tanaman
dan serapan P tanaman kedelai yang ditanam secara firmpang glir yang secara statistik
nyata. Pada tanaman jagung; inokulasi jarnur planrt fosfat semua variabel yang diamati
yang secara statistik nyat4 kecuali pada bobot 100 biji peningkatannya tidak nyata. Interaksi abu tandan kelapa sawit dengan rhizobia meningkatkan secara nyata berat
kenng tajuk tanaman darr serapan N tanaman kedelai yang ditanam secara tumpang gilir.
Namun pada tanaman jagung" interaksi abu.ianjang kelapa sawit dengan rhizobia tidak
meningkatkan sernua variabel yang diamati.
Interaksi abu tandan kelapa sawit dengan jamur pelarut fosfat meningkatlian secara
nyata serapan N tanaman kedelai yang ditanam secara turnpang gilir. Pada tanaman jagung
interaksi abu janjang kelapa sawit dengan jamr.u' pelarut fosfat meningkatkan secara nyata
berat kering tajuk tanamarL serapan N dan P tanaman yang ditanam socara tumpang gilir.
Interaksi rhizobra dengan jamur plarut fosfat dan interaksi abu tandan kelapa
sawig rhizobia dan jamur pelarut fosfat meningkatkan berat kering tajuk dan akar tanaman,
jurnkh bintil akaa berat kering bintil akar, serapan N, P, K produksi dan bobot 100 blii
tanaman kedelai yang ditaoarn secara tumpang gilir, namun secara statistik tidak nyata.
Pada tanaman jatmg juga tidak menrurjufrkan peningl@tan terhadap variabel yangdiamati.
Bila dibaodingkan dengan plot monokulhu, maka penanaman kedelai secara
monokulhr mernberikan produksi yang leb,ih tinggi dari pada perumanum secara tumpang
gilir yaitu: 28.73o/o. Penanaman jagung socaf,a monokultur memberi produksi yang sedikit
lebih rendah daripada perumaman dengan sistem trmrpang gilir yaitu: 6.510/o.
Produksi total kedelai + jagung/5O m'z hnaman secara monokultur lebih tinggi bila
dibandingkan dengan produksi tumpang gilir, rurmun waktu yang dipedukan untuk
menghasilkan produksi lebih lama.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saya merasa perlu menyarankan agar
dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai penamman kedelai dan jagung yang ditarnm
secara tumpang gilir dengan jarak tanam jagung yang lebih lebar untuk memberi ruang
yang lebih luas bagi kedelai memperoleh sinar matahari hingp akhir masa panennya.
Sehingga pada alitrirnya dapat diketahui jarak antaar tanam yang paling tepat unhrk sistem
penanaman tumpang gilir antara tanaman kedelai dan jagung | en_US |