Show simple item record

dc.contributor.advisorDaulay, Harmona
dc.contributor.authorRumahorbo, Florentina
dc.date.accessioned2018-11-12T03:48:38Z
dc.date.available2018-11-12T03:48:38Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8198
dc.description.abstractSocial construction is present to explain the tendency to see social reality as socially shaped. As a social construct, masculinity is strongly influenced by culture, so that the values of masculinity can differ from one place to another. In addition to biological implications sex differences have implications for psychological and sociological differences. In this case the community gives different expectations for women and men, women are required to behave feminine such as speaking and behaving softly, passively, being polite and sweet, using makeup, walking slowly and using feelings more. While men are expected to have masculine character and behavior such as being muscular, adventurous, prioritizing logic, active and risk-taking. In Indonesian society, especially patriarchal culture, masculinity is related to the discourse of masculinity, toughness, strength, always uses rationality, and relies on physicality as a symbol of strength. The purpose of this study was to determine the views of USU FISIP students on the construction of macho masculinity from an ethnicity perspective. This study uses gender analysis with a qualitative approach. The results of this study indicate that the nature of masculinity in each culture is different. Masculinity includes cultural components that vary between cultures with other cultures that change from time to time which also differ between age categories, social class, ethnicity, sexuality, education level, religion and state. Masculinity in the community is closely related to the views, values, beliefs, attitudes, and behaviors that are considered and identified as men who have masculine characteristics. Macho men physically are men who are physically strong, fierce, tall, and authoritative. Psychologically, macho men are described as responsible, strong, strong men, have education and material, know customs and customs and are able to become leaders. Ethnically macho is more associated with a man who has knowledge of his culture, becomes head of the household and his tribe, and is able to meet the needs of his family both in material and physical (protection).en_US
dc.description.abstractKonstruksi sosial telah hadir untuk menjelaskan kecenderungan melihat realitas sosial sebagai sesuatu yang dibentuk secara sosial. Sebagai konstruk sosial, maskulinitas sangat dipengaruhi oleh budaya, sehingga nilai-nilai kemaskulin-an bisa berbeda antara suatu tempat dengan tempat yang lainnya. Selain berimplikasi biologis perbedaan jenis kelamin berimplikasi pada perbedaan psikologis dan sosiologis. Dalam hal ini masyarakat memberikan ekspektasi yang berbeda terhadap perempuan dan laki-laki, perempuan dituntut untuk berperilaku feminin seperti berbicara dan berperilaku lembut, pasif, bersikap sopan dan kemayu, menggunakan make up, berjalan dengan pelan-pelan dan lebih menggunakan perasaan. Sedangkan laki-laki diekspektasikan untuk memiliki karakter dan berperilaku maskulin seperti berotot, suka berpetualang, lebih mengedepankan logika, aktif dan berani mengambil resiko. Dalam masyarakat Indonesia, khususnya budaya patriarki, maskulinitas terkait dengan wacana kejantanan, ketangguhan, keperkasaan, selalu menggunakan rasionalitas, dan menggandalkan fisik sebagai simbol kekuatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan mahasiswa FISIP USU terhadap konstruksi maskulinitas macho dari sudut pandangan etnisitas. Penelitian ini menggunakan analisis gender dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sifat maskulinitas dalam setiap kebudayaan itu berbeda-beda. Maskulinitas mencakup komponen budaya yang bervariasi antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya yang berubah dari waktu ke waktu yang juga berbeda antara kategori umur, kelas sosial, etnis, seksualitas, tingkat pendidikan, agama dan negara. Maskulinitas dalam masyarakat sangat terkait dengan pandangan, nilai-nilai, keyakinan, sikap, dan perilaku yang dianggap dan diidentifikasikan sebagai laki-laki yang memiliki karakteristik maskulin. Laki-laki macho secara fisik adalah laki-laki yang memiliki fisik yang tegap, garang, tinggi, dan berwibawa. Secara psikologis, laki-laki macho digambarkan sebagai laki-laki yang bertanggung jawab, kuat, perkasa, memiliki pendidikan dan materi, mengetahui adat dan istiadat dan mampu menjadi pemimpin. Secara etnisitas macho lebih dikaitkan dengan seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan akan kebudayaannya, menjadi kepala dalam rumah tangga dan sukunya, dan mampu memenuhi kebutuhan keluarganya baik dalam materi maupun perlindungan (fisik).en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectMasculinityen_US
dc.subjectEthnicityen_US
dc.subjectMachoen_US
dc.subjectPatriarchyen_US
dc.titleKonstruksi Maskulinitas Macho Dari Pandangan Etnisitas (Analisis Gender Pada Mahasiswa FISIP USU)en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM140901062en_US
dc.identifier.submitterZulhelmi
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record