Show simple item record

dc.contributor.advisorRusman, Bujang
dc.contributor.advisorAdiwiganda, Rachmat
dc.contributor.advisorSahar, Asmarlaili
dc.contributor.authorLubis, Kemala Sari
dc.date.accessioned2023-03-08T08:37:47Z
dc.date.available2023-03-08T08:37:47Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/82598
dc.description.abstractInceptisol rnerupakan tanah nuda yang mulai berkembang dan cukup potensial dari segi luasnya untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian khususnya perkebunan tebu. Namun kendala yang dihadapi dalam budidaya tebu di tanah ini adalah beberapa sifat fisik tanahnya yang kurang baik untuk pertumbuhan tebu yang optimal seperti kandungan bahan organik yang kurang dari 5 %, kemantepan agregat tanah serta kadar air yang rendah. Selain itu masalah pemberaan yang kurang diperhatikan juga menjadi kendala untuk pertumbuhan dan produksi tebu yang optimal. Penerapan sistem pengolahan tanah konservasi dan tumpangsari tebu dengan kedelai diharapkan mampu meningkatkan bahan organik tanah, kemantapan agregat, dan kadar air tanah Inceptisol Sampati. Pengolahan tanah yang dikurangi serta pemanfaatan sisa-sisa bahan organik dari serasah kedelai yang ditinggalkan diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman tebu di tanah Inceptisol Sampali. Tujuan penelitian untuk mengkaji beberapa sifat fisika tanah, Pertumbuhan tanaman tebu serta kedelai pada beberapa sistem pengolahan tanah konservasi, sistem pertanaman tebu (monokultur dan tumpangsari dengan kedelai) dan interaksi dari kedua sistem tersebut. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua (2) faktor yakni sistem pengolahan dengan empat (4) taraf, dan sistem pertanaman tebu dengan dua (2) taraf. Kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga (3) ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tanpa olah tanah pada tanah Inceptisol Sampali meningkatkan kemantapan agregat tanah saat umur tebu 90 HST sedangkan pengolahan tanah minimum meningkatkan kemantapan agregat tanah saat umur tebu 180 HST. Pengolahan tanah minimum meningkatkan kerapatan lindak dan kadar air tanah pada pori drainase lambat saat umur tebu 90 HST. Sedangkan perlakuan tanpa olah tanah meningkatkan panjang dan bobot batang tebu per tanaman per petak saat berumur 180 HST. Sisten pertanaman tumpangsari tebu dengan kedelai meningkatkan suhu tanah saat umur tebu 90 HST dan sistem pertanaman monokultur tebu meningkatkan kadar air tanah pada pori air tersedia saat umur tebu 90 HST. Interaksi antara pengolahan tanah pada baris tanam dengan tumpangsari tebu meningkatkan permeabilitas tanah saat umur tebu 90 HST dan interaksi pengolahan tanah pada baris tanam dengan monokultur tebu meningkatkan kadar air tanah pada pori air tersedia tanah saat umur tebu 90 HST.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectFisika Tanahen_US
dc.subjectTanaman Tebuen_US
dc.subjectKedelaien_US
dc.subjectTanah Konservasien_US
dc.subjectTanah Inceptisolen_US
dc.titleKarakteristik Fisika Tanah, Pertumbuhan Tanaman Tebu serta Kedelai pada Pengolahan Tanah Konservasi dan Tumpangsari Kedelai pada Tanah Inceptisol di Kebun Sampali PTPN IIen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM95312004
dc.identifier.nidnNIDN8827590019
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI54111#Agroteknologi
dc.description.pages99 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record