Kajian Pengaruh Pemupukan dengan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ke Areal Kebun terhadap Cacing Tanah untuk Memantau Kualitas Tanah secara Biologis
View/ Open
Date
1998Author
J., Arlen H.
Advisor(s)
Nazir, M.
Madjnu, Mustafa
Nasution, Zulkifli
Metadata
Show full item recordAbstract
Cacing tanah merupakan hewan tanah pemakan sampah organik, sehubungan dengan ini maka tidak diragukan lagi bahwa jenis dan kepadatan populasi Cacing tanah sangat tinggi pada areal kebun kelapa sawit yang diberi pupuk dengan limbah cair pabrik kelapa sawit, karena limbah cair pabrik kelapa sawit dari ponding sistem kaya akan bahan organik. Namun demikian sebegitu jauh belum diketahui jenis-jenis Cacing tanah yang terdapat pada areal kebun yang diberi pupuk dengan limbah cair pabrik kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV kebun Pulu Raja. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keberadaan jenis, jumlah individu atau kepadatan, komposisi jenis dan frekuensi kehadiran (Konstansi), Jenis yang dapat hidup dan berkembang dengan baik di sana yang dapat digunakan untuk memantau kualitas tanah secara biologis, serta Struktur komunitas (Indeks Diversitas dan Indeks Similaritas) Cacing tanah pada areal kebun yang tidak maupun diberi pupuk dengan limbah cair pabrik kelapa sawit, serta mengetahui faktor abiotis dan biotis di habitat Cacing tanah yang hidup pada areal kebun tersebut. Pada penelitian ini penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan metoda Purposive Random Sampling di areal kebun yang diberi pupuk dengan limbah cair pabrik kelapa sawit (Blok I-III di masing-masing stasiun) dan yang tidak diberi pupuk dengan limbah cair pabrik kelapa sawit (Blok I). Taksiran kepadatan populasi Cacing tanah dilakukan dengan metoda Kuadrat yang berukuran 30 x 30 cm dengan kedalaman 30 cm. Cacing tanah yang ditemukan diambil dengan metoda Hand Sorting dan diawetkan dengan formalin 10 %. Cacing tanah yang didapatkan diidentifikasi sampai tingkat genera atau jika memungkinkan sampai tingkat spesies di laboratorium Ekologi Hewan Jurusan Biologi FMIPA USU. Selanjutnya kepadatan Cacing tanah pada Stasiun dan Blok penelitian yang tidak dan diberi pupuk dengan limbah cair pabrik kelapa sawit dianalisis secara Statistik (RAK Faktorial), jika berbeda nyata diuji dengan Uji Duncan. Untuk menentukan komposisi jenis Cacing tanah dilakukan pengurutan berdasarkan kepadatan relatif dari masing-masing jenis dan untuk jenis yang karakteristik dihubungkan dengan kepadatan dan nilai konstansinya, sedangkan jenis yang dapat hidup dan berkembang dengan baik didasarkan kepada nilai Kepadatan relatif yang besar dari 10 % dan Frekuensi Kehadiran > 25 %. Kemudian ditentukan Indeks Diversitas dan Similaritas (kesamaan) antar Blok dan Stasiun penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada areal kebun kelapa sawit didapatkan tujuh spesies cacing tanah yang tergolong ke dalam empat famili. Pada areal kebun yang diberi pupuk dengan limbah cair pabrik kelapa sawit (Blok I Stasiun 1 dan Blok II Stasiun 2) ditemukan masing-masing sebanyak empat spesies Cacing tanah, pada Blok I Stasiun 2, Blok II Stasiun 1, Blok III Stasiun 3 dan Blok IV ditemukan tiga spesies dengan keanekaan yang cukup berbeda dengan Blok I Stasiun 1, sedangkan pada stasiun-stasiun lainnya hanya ditemukan antara 1-2 spesies saja. Keadaan ini menunjukkan bahwa pemupukan dengan limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh baik terhadap komposisi komunitas Cacing tanah yang terdapat di areal kebun tersebut. Dari ke tujuh spesies Cacing tanah yang ditemukan, ternyata bahwa yang mempunyai kepadatan populasi tertinggi dan bersifat karakteristik pada areal kebun kelapa sawit adalah dari spesies Diplocardia sp, Pontoscolex corethrurus, dan Pheretima morrisi yang didapatkan pada Blok I Stasiun 1, spesies ini merupakan Cacing tanah yang menyukai lingkungan dengan pH sedikit asam hingga netral kelembaban dan kadar organik yang cukup tinggi. Keadaan ini berkemungkinan dapat menunjukkan bahwa spesies cacing tanah ini dapat berfungsi untuk mendekomposisi sampah organik yang berasal dari limbah cair pabrik kelapa sawit, namun demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang potensinya.