Kultur in Vitro Embrio Zigotik Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) pada Media Y3 diperkaya 2,4- Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) dan Benzyle Amino Purin (BAP)

Abstract

This study was conducted from September 2015 to December 2016 at Laboratory of Physiology and Plant Tissue Culture, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Sumatera Utara. The purpose of this study was to obtain the best combination of 2,4-D and BAP for oil palm embryo in order to rapidly produce oil palm seedlings. Design experimental was a completely randomized design (CRD) factorial with two factors those were four levels of 2,4-D, i.e 0, 50,100, and 150 ppm and four BAP levels, i.e 0, 5, 10 and 15 ppm. The fastest of time callus initation was of A3B0 (150 mg / L 2,4-D + 0 mg / L BAP) with 44.4 DAP, which was not significantly different with control A0B0 with 50.6 DAP. BAP treatment alone produced predominantly yellow calli, whereas low-dose of 2,4-D resulted in white calli and as the increase of 2,4-D concentration produced yellow and brown calli. The highest fresh weight of callus was obtained from A3B3 treatment (150 mg / L 2,4-D + 15 mg / L BAP) at 0.740, higher than control A0B0 at 0.408 but not statistically significant. The highest dry weight of callus was obtained from A2B2 treatment (100 mg / L 2,4-D +10 mg / L BAP) at 0.640, which was significantly different from the A0B0 control treatment at 0.0100. The lowest dry callus weight was from A3B1 treatment (150 mg / L 2,4-D + 5 mg / L BAP) at 0.0062, which was also significantly different with control treatment A0B0.

Penelitian tentang kultur in vitro embrio kelapa sawit pada media Y3 diperkaya dengan 2,4-D dan BAP telah dilakukan dari bulan September 2015 sampai bulan Desember 2016 di Laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan Tumbuhan Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kombinasi zat pengaturtumbuh 2,4-Ddan BAP yang terbaik dalam menumbuhkan embrio kelapa sawit sehingga dapat menghasilkan bibit yang cepat. Rancangan yang digunakan adalah rancangana cak lengkap (RAL) faktorial dua faktor dengan empat taraf 2,4-D, yaitu 0 ,50,100, dan150 ppm serta empat taraf BAP, yaitu 0, 5, 10 dan15 ppm. Ratarata waktu inisisasi kalus tercepat adalah pada perlakuan A3B0 (2,4-D 150 mg/L + BAP 0 mg/L) yaitu 44,4 HST, lebih cepat dibandingkan dengan kontrol AoBo yaitu 50,6 HST. Pemberian perlakuan BAP saja menghasilkan kalus dominan berwarna kuning, sedangkan pemberian 2,4-D yang rendah menghasilkan kalus berwarna putih lalu seiring peningkatan konsentrasi 2,4-D akan menghasilkan kalus berwarna kuning dan cokelat. Berat basah kalus tertinggi adalah pada perlakuan A3B3 (2,4-D 150 mg/L + BAP 15 mg/L) yaitu 0,740, lebih tinggi dari perlakuan kontrol AoBo yaitu 0,408 namun tidak berbeda nyata secara statistik. Berat kering kalus tertinggi adalah pada perlakuan A2B2 (2,4-D 100 mg/L + BAP 10 mg/L) yaitu 0,640, berbeda nyata dengan perlakuan kontrol AoBo yaitu 0,0100. Berat kering kalus terendah adalah pada perlakuan A3B1 (2,4-D 150 mg/L + BAP 5 mg/L) yaitu 0,0062, tidak berbeda nyata dengan kontrol AoBo