Hubungan Kadar Eosinofil dan Limfosit terhadap Gangguan Penciuman pada Penderita Covid-19
View/ Open
Date
2023Author
Ghairuna, Cut Aja
Advisor(s)
Nursiah, Siti
Zahara, Devira
Metadata
Show full item recordAbstract
Pada akhir tahun 2019, pandemi penyakit infeksius muncul, yang dimulai dari
Tiongkok dan menyebar luas dengan cepat ke berbagai negara di dunia tak
terkecuali di Indonesia. Penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut disebut
dengan Coronavirus disease-2019 (COVID-19). Menurut data Organisasi
Kesehatan Dunia hingga September 2022 didapatkan sekitar 603.711.760 kasus
terkonfirmasi COVID-19 dengan 6.484.136 kematian (World Health Organization,
2020). Berdasarkan penelitian oleh Setiadi dkk di Jakarta didapatkan bahwa dari
Maret 2020 hingga Februari 2021, dari 64.364 spesimen yang diperiksa, didapatkan
sekitar 15,7% terkonfirmasi COVID-19 dengan puncak prevalensi pada Maret 2020
dan Januari 2021 (Setiadi et al., 2022).
Virus SARS CoV-2 memasuki sel inang melalui reseptor angiotensin
converting enzyme 2 (ACE-2) yang banyak diekspresikan pada sel epitel alveolar,
endotel, dan sel stem hematopoietik. Ikatan virus SARS CoV-2 dengan reseptornya
akan menyebabkan fusi partikel virus ke dalam membran sel dan replikasi virus.
Replikasi virus yang besar-besaran dapat memicu terjadinya respon imun yang
berlebihan dan badai sitokin yang dapat merusak jaringan. Manifestasi klinis
COVID-19 beragam meliputi demam, malaise, batuk, nyeri tenggorokan, mual,
muntah, sesak, gangguan perasa, dan gangguan penciuman (Fatoni &
Rakhmatullah, 2021).
